PROKAL.CO, Jelang pembacaan ijab kabul, para pengantin Pernikahan Mubarokah tak nyenyak tidur memikirkan calon pasangannya. Mereka melaksanakan salat Istikharah
dan siap menerima segala kelebihan dan kekurangannya.
DANI/DIAH ANGGRAENI/BALPOS
PERNIKAHAN ini tidak hanya khusus bagi santri Ponpes Hidayatullah. Para kader dari luar pesantren yang siap berumah tangga akan dicarikan pasangan yang cocok. Mereka akan didata kemudian dicocokkan secara random apakah fulan dan fulanan layak disatukan dalam bingkai rumah tangga. Menariknya, calon mempelai tidak mengetahui secara pasti siapa calon pengantinnya sampai hari H.
Abdul Rauf (26) menjadi salah seorang yang beruntung karena lolos bersama 43 peserta dari 70 pelamar yang mengajukan diri untuk mengikuti Pernikahan Mubarokah. Setiap hari ia tinggal di lingkungan ponpes dan menjadi guru di SDIT ponpes Hidayatullah. Perawakan Rauf bisa dibilang cukup menonjol dengan tinggi sekitar 170 sentimeter dan tubuh yang proposional karena hobi sepak.
Dengan kondisi fisik yang bagus itu semestinya Abdul Rauf bisa mencari pasangan tanpa harus mengikuti Pernikahan Mubarakah. Rauf beralasan mengikuti program pernikahan yang digagas Ponpes Hidayatullah karena ingin mencari pendamping hidup untuk yang pertama dan terakhir. Dirinya yakin para santriwati yang terdidik di Ponpes Hidayatullah merupakan calon pasangan yang ideal sebagai pendamping hidup.
“Motivasi saya ikut nikah mubarakah ini karena saya yakin, santri putri yang ada di Hidayatullah ini terjamin tingkat keagamaannya,” ujar pria asal Desa Labangka, Kabupaten Penajam Paser Utara tersebut.
Keinginan Rauf-akrab Abdul Rauf disapa, dia mengikuti pernikahan mubarakah tersebut karena ingin menghindari pacaran. Menurut dia, selama ini pacaran tidak sesuai dengan syiar agama dan dilarang keras.
Pernikahan mubarakah merupakan syiar agama yang besar dan memberikan pesan bahwa berpacaran itu bukan cara yang tepat dalah hal perjodohan.
“Saya ikut nikah mubarakah juga untuk menghindari berpacaran,” ujarnya.
Anak kelima dari delapan bersaudara pasangan suami istri (Pasutri) Mismun dan Hatikah ini awalnya sempat bimbang dalam menetapkan pilihannya tersebut. Namun setelah melalui proses karantina dan arahan tentang tujuan pernikahan selama dua minggu, Rauf semakin mantap untuk mengikuti nikah mubarakah.
Terlebih menurutnya, dirinya semakin siap karena metode yang dilakukan merupakan metode yang diajarkan dalam syariat Islam tentang pernikahan.
“Awalnya memang bimbang dan itu menurut saya wajar. Setelah melalu proses karantina barulah saya semakin yakin untuk mengikuti nikah mubarakah ini,” jelasnya.
Sebagai seorang pria yang memiliki pendamping hidup yang akan dibawa mengarungi samudra rumah tangga, Rauf tentunya ingin memiliki pasangan yang sesuai dengan ajaran Islam. Ada empat kriteria, pertama kecantikan, harta, keturunan dan agamanya. Dari keempat kriteria tersebut Rauf lebih memilih mengutamakan agama dibanding dengan kecantikan, harta dan keturunannya. Agama dipilihnya karena menikah itu proses ibadah yang panjang, pasangan kita bukan hanya menemani untuk sekarang saja namun hingga akhir hayat.
Walau dalam pernikahan mubarakah Rauf belum pernah bertemu secara fisik dengan pasangannya yang merupakan dosen untuk santri putri di Ponpes Hidayatullah Balikpapan, namun dia percaya pilihan dari para ustaz dan tim panitia tentunya yang terbaik baginya.
“Siapapun jodoh yang dipilihkan ustaz untuk menjadi istri saya, maka saya terima dengan ikhlas. Saya sepenuhnya yakin bahwa wanita yang masuk pesantren ini adalah muslimah yang baik-baik dan saya yakin bahwa dalam menentukan dan memilihkan jodoh itu, ustaz berdoa kepada Allah SWT sehingga saya yakin mendapatkan yang terbaik bagi saya, keluarga, dan agama dunia akherat,” ujar pria yang mulai nyantri
di ponpes tahun 2012 silam.
Rauf pun menggarisbawahi bahwa menikah itu selain membina rumah tangga dan syiar agama juga untuk mencari barakah.
“Sebagaimana doa pernikahan yang dicontohkan Rasulullah. Kalo pernikahan tidak barakah, berapa pun anak hanya akan jadi sumber masalah. Sebaliknya kalau pernikahan itu barakah maka anak-anak akan menjadi qura ta a’yun, penyejuk pandangan,” ucap pria murah senyum ini. (*)