PROKAL.CO, BALIKPAPAN - Gangguan kulit yang dialami Muhammad Arif pasca vaksinasi measles-rubella (MR) mendapat perhatian Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
“Rupanya anak ini mengalami psoriasis. Ini adalah penyakit autoimun atau menyerang dirinya sendiri. Maka kami perjelas, tak ada hubungannya dengan vaksin yang diberikan. Kebetulan efeknya bersamaan. Kami juga memantau terus kasus ini,” ungkap Asisten II Sekretaris Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkot Balikpapan, Dyah Muryani.
Psoriasis bukan penyakit menular. Kondisinya pun kini makin baik. “Ini genetik. Jadi awalnya tidak terdeteksi, lalu terpicu dan muncul. Perawatannya juga di-cover BPJS Kesehatan,” lanjutnya.
Menurut Dyah, KIPI atau kejadian pasca imunisasi tersebut sebenarnya kerap dibahas. Namun, pembahasannya hanya tingkat provinsi. Namun, pasca adanya dugaan KIPI, pembahasan pun dilakukan di Balikpapan.
Sementara itu, Ketua Komnas KIPI Pusat dr Hindra Irawan Satari menyebutkan, penyakit yang dialami Arif ini jarang menyerang anak-anak. “Penyakit ini sebenarnya penyakit autoimun, bukan penyakit infeksi. Jadi memang ada kelainan di gennya, apa pun bisa menjadi pencetusnya,” terang Hindra.
Penyebabnya, menurut Hindra, bisa jadi karena jamur, bakteri, antibiotik, atau mengalami stres. “Munculnya saja kebetulan atau dia memiliki riwayat, bisa menjadi pencetus untuk anak-anak. Di Indonesia juga ada, tapi tidak banyak. Kasus Arif ini menjadi perhatian nasional,” ujar Hindra.
Guru Besar FKUI RSM, Benny Effendi Wiryadi mengatakan, psoriasis psoriasis menyerang lantaran adanya mutasi gen yang berasal dari gen si ibu. “Dalam kandungan bisa terjadi. Bisa dipicu suntikan, misalnya, kandungan penisilin. Jika punya psoriasis dalam gen bisa terpicu. Kalau untuk ini butuh treatment berkelanjutan, terus harus kontrol. Tidak ada obatnya, jadi saat muncul saja diobati,” katanya.
Kulit penderita cenderung kering dan bersisik, sehingga untuk mencegahnya dengan mengoleskan pelembab. “Seperti menggunakan handbody. Munculnya ruam-ruam merah, bentol, harus sering kontrol. Jadi ada patokannya, jika merah-merah itu tidak lebih dari tiga telapak si anak, maka ringan,” tandasnya. (cha/vie/k1)