PALANGKA RAYA – Semakin memburuknya kualitas udara di Kota Palangka Raya membuat warga setempat pasrah. Warga ramai-ramai mempertanyakan keseriusan pemerintah terhadap penanganan bencana asap yang kian parah. Palangka Raya saat ini dinilai sudah tak layak lagi dihuni manusia.
”Kami di sini tinggal menunggu mati. Kabutnya semakin parah dan tak ada tanda-tanda berakhir. Pemerintah pusat seolah tak perduli dengan nasib warga di Palangka Raya,” kata Fernandes, salah seorang warga Palangka Raya, Selasa (20/10).
Menurutnya, Palangka Raya saat ini sudah tak layak lagi dihuni manusia karena tingginya tingkat pencemaran udara akibat kebakaran hutan dan lahan. Bahkan, dua hari berturut-turut kota menguning karena pekatnya kabut asap. Hampir tak ada tempat yang tak terpapar asap di Palangka Raya.
”Bahkan dalam rumah pun harus menggunakan masker karena asapnya sangat menyengat. Tak ada lagi udara bersih di Palangka Raya,” tutur lulusan S2 Universitas Palangka Raya ini.
Keluhan warga di linimasa juga nyaris sama. Sebagian besar dari mereka menulis ”tinggal menunggu mati”, karena saking pekatnya kabut asap. Pemerintah diharapkan mengerahkan semua sumber daya untuk mengakhiri bencana berkepanjangan tersebut sebelum korban berjatuhan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, tingkat pencemaran udara mencapai 3.400 U gram/m3. Angka tersebut merupakan tertinggi selama kabut asap menyelimuti Ibu Kota Kalteng itu atau 22 kali lipat di ambang batas NAB PM10 = 150 ugram/m3.
BMKG juga mencatat 910 titik hotspot yang terdeteksi satelit NOAA. Jarak pandang di seluruh kota hanya sekitar 10 meter. Partikulat (PM10) atau partikel udara sudah di ambang mematikan untuk dihirup secara berkepanjangan. Sejumlah warga mengaku pusing dan mual karena menghirup asap.
”Nilai ambang batas (NAB) konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien, yaitu NAB PM10 = 150 ugram/m3. Ini sudah mencapai konsentrasi 3.400 U gram/m3,” kata prakirawan BMKG Bayu Umbara.
Sementara itu, Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng berencana melakukan gugatan kepada Presiden RI. Lembaga adat itu juga akan menggalang dana di Bundaran Besar sebagai bentuk protes pada pihak terkait.
”Masyarakat Kalteng dan DAD langsung mengirimkan gugatan kepada Presiden RI. Bunyinya segera kirimkan bantuan secara maksimal ke Kalteng, karena sampai saat ini belum ada satu pun bantuan dari luar negeri yang diarahkan ke Kalteng. Sepenuhnya ke Sumatera,’’ kata Sekretaris DAD Kalteng Yuliandra Dedi.
Dedi menegaskan, hal tersebut merupakan gerakan spontanaitas. Berapa pun dana yang berhasil dikumpulkan, akan diserahkan ke Presiden RI. ”Kenapa perhatian tehadap Kalteng sangat minim sekali. Intinya, kami akan mengumpulkan koin.Kalau bukan kita, siapa lagi? Ini terpaksa dilakukan,” pungkasnya.
Kepala Sekolah MAN Model Susilawaty mengatakan, berdasarkan perintah Kementerian Agama, seluruh diminta meliburkan kegiatan sekolah selam dua hari, namun tetap memberikan tugas bagi siswa-siswi. ”Kemarin (Senin, Red) memang belum libur, tetapi ini dua hari libur,” katanya. (daq/ign/KPNN)