Baru tiga tahun menjalani biduk rumah tangga, Widuri (37) harus menjadi tulang punggung keluarga. Setelah ditinggal cerai suami akibat tidak ada kecocokan dan sering bertengkar, ia harus berjuang menghidupi anak, menantu, dan cucunya yang masih berusia satu tahun.
BHARA AJI
WIDURI hanyalah lulusan SMP di Klaten, Jawa Tengah. Bercerai di awal 2012, Widuri memberanikan diri merantau dari daerah kelahirannya ke Kota Balikpapan. Yang pertama ditanya, adalah lokasi lokalisasi Kota Minyak.
“Karena hanya ini saja jalan satu-satunya bisa cepat mendatangkan uang. Karena mantan suamiku tidak bertanggung jawab dan masa depanku sudah dirusaknya, sekalian saja aku nyebur,” ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Perannya sebagai tulang punggung keluarga, membiayai hidup anak, menantu, dan cucu. “Menantuku itu sedang mengambil kuliah di akademi keperawatan (akper), sementara anakku yang laki baru saja diterima bekerja, ditambah lagi susu untuk cucuku di Jawa,” beber Widuri.
“Apa pun akan saya lakukan Mas, demi kehidupan mereka. Inilah perjuangan seorang ibu juga nenek, di tengah ketidakberdayaan ekonomi,” tukas Widuri.
Mengapa Widuri tidak menjadi PSK di Klaten saja, ketimbang harus jauh-jauh ke Balikpapan?
“Gila aku, masa jual diri terang-terangan di depan anak, menantu, dan cucu? Apa kata orang di kampung nanti?” ucapnya.
Saat ditanya apakah selama di eks lokalisasi Manggar Sari 2 ia bekerja di bawah perintah mami untuk melayani tamu, ia menjawab, “Saya bekerja atas kemauan sendiri, tidak ada unsur paksaan, apalagi di bawah koordinasi sang mami. Wong saya kerja di sana juga dikenakan biaya menyewa kamar kok.”
Sekali kencan dengan Widuri, cukup bayar Rp 70 ribu. Itu merupakan tarif short time. “Kan tahu sendiri Mas, Manggar Sari 2 banyak PSK yang sudah berumur, jadi harganya relatif miring. Kalau mau yang sedikit di atas itu, kebanyakan tarif para PSK di eks lokalisasi Manggar Sari 1 muda dan baru, bahkan terus didatangkan dari luar Balikpapan,” imbuh Widuri.
Widuri tahu betul bagaimana memperlakukan daerah kewanitaannya. Tahu risiko bekerja sebagai PSK sangat tinggi, rentan terpapar penyakit menular seksual. “Ya biar tidak terkena penyakit kelamin atau HIV/AIDS, pakai kondomlah. Terkadang juga rutin cek kesehatan di puskesmas terdekat,” ujarnya.
Sampai kapan mau berprofesi sebagai PSK, dirinya mengatakan tidak akan berhenti dari pekerjaannya sebagai wanita pemuas nafsu lelaki hidung belang. “Kalau saya berhenti, yang di kampung mau dikasih makan apa?” ucap Widuri.
Apes bagi Widuri saat tengah menunggu pria hidung belang dari balik kamar sewaannya di eks lokalisasi Manggar Sari 2. Ia terjaring razia gabungan Satpol PP, TNI, dan Polri pada Rabu (24/2) pagi.
Kasatpol PP Kota Balikpapan, AKBP Freddy Pasaribu mengatakan, penanganan pertama terhadap para PSK adalah pendataan, kemudian diserahkan sepenuhnya ke Dinas Sosial. “Namun dari hasil pemeriksaan KTP, si PSK ternyata KTP luar Balikpapan. Tidak menutup kemungkinan akan dikembalikan ke daerah asalnya,” tegas Freddy.
Mendengar akan dipulangkan ke asal daerahnya, Widuri memohon kepada petugas Satpol PP tidak dipulangkan ke Klaten. “Jangan dipulangkan aku Pak. Kasihan nasib anak, menantu, dan cucuku. Apalagi belum mendapatkan uang,” pintanya di hadapan petugas. (aji/war)