BANJARMASIN - Panglima Kodam VI Mulawarman (Mlw), Mayjen TNI Subiyanto memetakan titik-titik rawan menjelang Pemilu 2019. Dia menyebut perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga di Pulau Kalimantan sebagai kawasan yang wajib mendapat perhatian ekstra.
“Bukan rawan dalam artian mudah pecah konflik atau kerusuhan, tapi rawan dalam penyaluran logistik pemilu. Karena beberapa area di perbatasan masih sulit dijangkau melalui jalur darat,” jelas Subiyanto.
Sebagai antisipasi, TNI telah menyiapkan unit helikopter. Mengingat beberapa titik rawan di perbatasan selama ini hanya bisa ditembus melalui jalur laut dan udara. “Kami antisipasi dengan menyediakan helikopter. Contohnya, seperti yang dilakukan di Malinau (Kalimantan Utara),” tambahnya.
Sebab, logistik pemilu bukanlah sembako, melainkan dokumen negara yang sensitif dan harus dilindungi. Jika diperlakukan secara sembarangan, bisa mengundang kecurigaan publik terhadap aksi kecurangan pemilu. Sebut saja surat suara.
Apalagi, pemilu tahun ini sangat berbeda. Sebelumnya, belum pernah pileg dan pilpres digelar secara serentak. Tantangan keamanan yang dihadapi aparat bakal naik hingga dua kali lipat.
Memasuki pertengahan Januari, hari pencoblosan tinggal tiga bulan lagi. Untuk pengamanan pada 17 April mendatang, Subiyanto memastikan akan mengerahkan dua pertiga personel TNI dari setiap wilayah. Guna menyokong tugas rekan Polri di lapangan.
“Dua per tiga personel TNI dari setiap wilayah (provinsi) akan dikerahkan untuk mem-backup Pemilu 2019,” tegasnya.
Subiyanto berada di Banjarmasin untuk menghadiri jamuan malam pengantar tugas. Kolonel Inf Mohammad Syech Ismed dipromosikan menjadi Komandan Korem 101 Antasari yang baru. “Pergantian ini hal yang biasa di tubuh TNI,” pungkas Subiyanto.
Bermarkas di Balikpapan, teritori Kodam VI/Mlw mencakup Kalimantan Selatan, Timur dan Utara. Dengan wilayah seluas itu, Subiyanto mengaku sudah memerintahkan jajarannya untuk meningkatkan skala dan intensitas pengamanan. (fud/by/ran/kpg/cal)