UMKM Terkena Imbas Kenaikan Ongkir

- Selasa, 22 Januari 2019 | 08:01 WIB
-
-

BALIKPAPAN  -  Kenaikan ongkos kirim oleh para penyedia jasa kurir dampak dari naiknya Surat Muatan Udara (SMU) atau biaya kargo oleh maskapai penerbangan, dipastikan akan mempengaruhi bisnis sejumlah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Utamanya bagi pelaku usaha yang memiliki segmen pasar di luar daerah. Pemilik usaha BDS Snack Sri Astuti misalnya, yang memasarkan produknya ke sejumlah daerah hasil kerja sama dengan ritel raksasa nasional.

"Untuk pasar luar daerah, kami sangat mengandalkan jasa kurir. Kalau terjadi kenaikan biaya pengiriman, otomatis harga produk juga akan menyesuaikan, dengan adanya penyesuaian harga maka penjualan juga sedikit terpengaruh," ujarnya berpendapat di sela aktivitasnya, Senin (21/).

Namun ia meyakini, penurunan permintaan hanya terjadi diawal penyesuaian. Selanjutnya dipastikan normal.

Dia menjelaskan, mematok harga produk yang lebih mahal dari sebelumnya terpaksa ditempuh karena selain naiknya biaya ongkos kirim, ia lebih dulu dibebani dengan naiknya harga bahan baku. "Tapi saat harga bahan baku naik, masih bertahan dengan harga sekarang. Kalau ditambah lagi dengan naiknya ongkos kirim, mau tidak mau ada penyesuaian," sambungnya.

Meski langkah menaikkan harga eceran dianggap sebagai solusi tepat bukan berarti serta merta bisa dilakukan. Ada tahapan yang dilalui dan memakan waktu tidak sebentar. "Harus mengajukan rencana kenaikan harga ke ritelnya. Biasanya satu bulan kemudian baru disetujui," paparnya.

Itu artinya, selama kurun waktu tersebut, Sri menanggung risiko berupa keuntungan yang berkurang. Disebutkan, lebih dari 10 item produk yang dipasok keluar daerah. Masing-masing ke Manado, Makassar, Pontianak dan Banjarmasin. Seluruhnya merupakan makanan ringan. Di antaranya amplang hingga aneka krupuk.

Selain keluar kota, lanjutnya, produknya juga dipasarkan di dalam kota dengan volume yang cukup mendominasi.

Lain halnya dengan Ansori, pemilik usaha abon kepiting dengan merk Bontings. Sejak kenaikan tarif pengiriman berlaku oleh sejumlah perusahaan jasa kurir, sejak itu pula pesanan konsumen luar daerah berkurang. "Sejak ongkir naik belum ada orderan dari luar daerah," akunya.

Dikatakan Ansori, konsumen luar daerah mengakses pembelian produknya melalui berbagai kanal. Di antaranya media sosial dan website. Pulau Jawa, Jakarta dan sekitarnya mendominasi permintaan dari luar daerah.

Memang ungkap dia, komposisi permintaan dari luar daerah tidak banyak. Hanya 10 persen dari total penjualannya.

Namun yang menjadi beban berikutnya yakni menurunnya permintaan dalam kota efek dari melejitnya harga tiket pesawat yang membuat sebagian masyarakat menahan diri untuk bepergian keluar kota. Padahal produknya kerap menjadi buruan untuk dijadikan oleh-oleh. Baik warga kota yang hendak melancong ke luar daerah ataupun wisatawan. "Karena oleh-oleh tetep tergantung kondisi penerbangan, kami tidak bisa genjot pemasaran kalau penerbangan lagi lesu. Orderan di outlet yang ada di bandara juga kurang sejak tiket harganya tinggi," paparnya. Kalau sudah begitu strategi jitu pun dipersiapkan untuk memacu penjualan di tengah situasi tersebut. (dra/vie)

Editor: amir-Amir KP

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X