Penerapan Industri 4.0 dengan Teknologi Smart Farm

- Rabu, 8 Mei 2019 | 11:29 WIB
SUBUR: Budidaya tanaman sayuran daun dengan menggunakan lampu LED yang sangat bagus diterapkan. (ist)
SUBUR: Budidaya tanaman sayuran daun dengan menggunakan lampu LED yang sangat bagus diterapkan. (ist)

KEMENDIKBUD melalui Dirjen GTK tahun 2019 telah memberangkatkan 1000 guru keberbagai negara tujuan sesuai dengan kompetensinya untuk mengikuti Program Magang 1000 guru. Negara tujuan magang antara lain Cina, Korea Selatan, Perancis, Jepang dan lainya.

Korea Selatan termasuk negara maju. Negara yang luasnya tidak lebih dari separo pulau Jawa dengan penduduk sekitar 50 juta jiwa mempunyai  pendapatan perkapita US$ 37.900, angka pengangguran rendah, laju pertumbuhan hidup rendah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pesat, industri dan jasa menjadi sektor perekonomian utama, menghargai waktu dan mempunyai sistem pendidikan yang baik. Lokasinya yang masih satu benua dengan Indonesia (dibandingkan negara maju dibenua lainnya) Korea Selatan sering dijadikan rujukan magang guru terutama bagi peningkatan kompetensi guru pertanian.

Setelah melalui serangkaian seleksi yang ketat penulis berhasil lulus seleksi dan mengikuti program 1000 guru magang di Korea Selatan bersama 12 (dua belas) guru ATPH (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) se-Indonesia dan satu-satunya peserta yang lolos dari pulau Kalimantan. Untuk itu penulis yang adalah guru ATPH SMK Negeri 2 Tanah Grogot berkesempatan magang di Korea Selatan selama 21 hari, berikut paparannya.

Udara dingin menyambut kedatangan kami di bandara Incheon yang saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 09.00 dan suhu sekitar 8 derajat Celcius. Perubahan suhu dari tanah air sekitar 30 derajat Celsius membuat badan terasa dingin, belum lagi angin yang bertiup kencang menambah dingin suhu badan yang biasanya angin yang bertiup di tanah air akan terasa menyegarkan.

Dari Bandara Incheon kami langsung menuju KBRI Seoul yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan. Di KBRI Seoul kami disambut hangat oleh  Bapak Purno Widodo yang mewakili Bapak Kedubes karena beliau sedang dinas ke negara lain. Dalam sambutannya beliau menyambut baik program 1000 guru magang karena akan meningkatkan kompetensi guru yang pada akhirnya akan  meningkatkan kualitas peserta didik. Beliau berharap agar peserta magang benar-benar serius mengikuti kegiatan dan berkoordinasi dengan pihak kedutaan jika terjadi sesuatu yang tidak diingikan.

Perjalanan berikutnya  setelah makan siang adalah ke Hankyong National University. Disini peserta mendengarkan kuliah yang disampaikan Prof. Seong Gu-Hwang PhD yang menjelaskan produksi ternak yang bermutu,  yang pada dasarnya di Korea selatan telah menerapkan Industri 4.0 di semua lini kehidupannya termasuk dalam peternakan sapi perah. Mereka menggunakan sistem robotisasi untuk memerah susu. Selanjutnya untuk mendapatkan susu dan daging yang baik dan bermutu tinggi maka harus diperhatikan makan dan minuman ternak sapi, perkawinan dan reproduksi ternak juga harus dipilih dari bibit yang unggul, management pemberian pakan, sanitasi kandang, sarana dan prasarana kandang, pengendalian hama dan penyakit serta penanganan management pemasaran. Selesai kuliah peserta melakukan observasi dan kunjungan lapangan di berbagai kandang sapi milik universitas dan penggunaan sensor untuk pengaturan pemerahan susu (robotisasi pemerah susu) yang dikendalikan dengan komputer.

Di bidang hortikultura (pada budidaya tanaman sayuran ) penerapan industri 4.0 terlihat pada Smart Farmer’s yaitu petani yang menerapkan precision farming yaitu model pertanian yang menerapkan sistem pertanian yang baik, dengan penggunaaan smart farm dalam setiap kegiatan budidaya. Smart Farmin bertujuan untuk mengoptimasi hasil per lahan pertanian dengan menggunakan peralatan modern secara berkelanjutan untuk memperoleh hasil terbaik dalam jumlah, mutu, dan tingkat pengembalian finansial.

Salah satu keunggulan smart farm tersebut adalah waktu panen sayur yang cepat. Pertanian konvensional biasanya membutuhkan waktu sekitar 40 hingga 60 hari untuk mencapai masa panen. Itu pun masih tergantung cuaca dan kemungkinan terserang hama dan penyakit. Sedangkan smart farm hanya membutuhkan waktu 18 hari untuk memanen varietas sayur kecil dan 33-35 hari untuk varietas sayur besar yang bersih dan sehat. Karena salah satu faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman selain gizi dan air adalah sinar matahari.

Kebutuhan sinar matahari dapat dimanipulasi dengan lampu LED jika kondisi cuaca kurang menguntungkan atau ingin memperpanjang penyinaran yang dapat meningkatkan proses fotosintesa tanaman sehingga tanaman lebih cepat tumbuh.

Smart farm tersebut memakai sistem yang bisa mengatur suhu, sumber air, kelembapan udara, nutrisi, dan LED tipe Growlight khusus yang menggantikan sinar matahari. Sistem ini dinilai bisa menghemat penggunaan air. Cahaya yang berasal dari LED khusus itu bisa memudahkan tanaman untuk berfotosintesis karena LED menyala pada temperature yang lebih dingin, berbeda dengan LED yang biasa digunakan untuk penerangan rumah. Proses mengubah energi cahaya menjadi energi kimia untuk kebutuhan tanaman.

Media yang digunakan antara lain rockwool, arang sekam, cocopeat, spons, vermikulit, perlit, pasir, kerikil, serbuk kayu, batang pakis, hidrogel, moss, kompos, humus, pecahan batu bata dan gabus. Tanaman yang biasa dibudidayakan adalah tanaman sayuran daun, sayuran buah, tanaman sayuran umbi, tanaman sayuran polong. 

Pemupukan yang digunakan seperti AB Mix A dan AB Mix B, apabila jenis pupuk tersebut tidak tersedia bisa diracik sendiri dengan menggunakan Jenis pupuk kimia lain seperti NPK, Urea, KCL, SP-36 dan pupuk pelengkap cair lainnya. Dimana pada saat melarutkan harus mengukur kosentrasi pemupukan yang sesuai dengan menggunakan TDS satuannya dalam ppm. Dalam penggunaan Nutrisi dapat diatur dengan menggunakan Timer Automatis dengan melakukan penyetelan waktu. Dalam Bangunan seluas 2500 m2 hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja.

Sedangkan penggunaan Smart Farm pada tanaman bunga hias diterapkan dengan otomatisasi sistem pertanian yang semuanya dikendalikan dengan komputer. Mulai dari penyiraman tanaman, membuka menutup screen house, mengendalikan penyakit semua dilakukan dengan serba otomatis. Penerapan Smart Farm  dilahan terbuka menggunakan drone untuk menyemprot dan mengendalikan hama dan penyakit sehingga lebih rata dan presisi dalam pengendalian.(adv) 

Editor: adminbp-Admin Balpos

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X