Asita Kaltim Mendukung, Astindo Menentang

- Kamis, 13 Juni 2019 | 11:36 WIB

BALIKPAPAN - Association of the Indonesia Tours and Travel (Asita) Kaltim memastikan dukungan terhadap rencana masuknya maskapai asing melayani penerbangan domestik.

"Dengan bertambahnya kompetitor harga pun akan semakin kompetitif," kata Ketua Tan Lili dijumpai di kantornya, Rabu (12/6). Betapa tidak, tingginya harga tiket pesawat rute domestik saat ini berpotensi melemahkan sektor pariwisata dalam negeri.

"Karena wisatawan nusantara akan menahan keinginannya untuk berlibut ke tempat-tempat wisata di Indonesia akibat mahalnya tiket pesawat," gebu pemilik PT Warna Pelangi Tour and Travel ini. Dia memberi gambaran, segmen rombongan tour yang terkena dampak paling signifikan. Ya, sejak era mahalnya harga tiket pesawat, tidak sedikit rombongan yang menunda keberangkatannya.

"Sejak awal tahun sampai Mei baru 10 grup. Padahal (periode yang sama) tahun lalu sampai 15 group," gebunya.  Ia pun berharap, penerbangan yang akan dilayani maskapai asing turut membuka rute ke Balikpapan.

Berbeda dengannya, Ketua Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) DPD Kaltim Achmad Tauhid justru menentang keras rencana tersebut. 

"Usaha dalam negeri harusnya diproteksi karena pemerintahan di tiap negara juga melakukan proteksi terhadap seluruh kegiatan usaha di dalam negerinya," lantangnya berpendapat. Proteksi yang dimaksud berupa perlindungan bagi pelaku usaha lokal dalam menjalankan bisnis di negaranya. "Pemerintah mana yang tega menghancurkan bisnis warganya sendiri," lirihnya.  


Adanya maskapai asing lanjut dia berpendapat, tidak menjamin harga tiket pesawat dalam negeri akan turun. Justru, ungkap dia kemudian, online travel agent yang menjadi sumber harga tiket pesawat melesat tajam.

"80 persen seat yang ada di Indonesia dikuasai online travel agent bahkan dapat harga khusus tapi jualnya tinggi sama dengan harga di travel agent konvensional. Sisanya yang 20 persen, harganya mahal, itulah yang diberikan kepada travel agent konvensional," urainya.

Praktis, proteksi dari pemerintah yang paling dibutuhkan. Di sisi lain, ia juga berharap maskapai nasional saat ini mematok tarif wajar. "Bagi maskapai full service wajar harga tiketnya lebih mahal tapi bagi maskapai LCC (Low Cost Carrier atau penerbangan berbiaya murah) harganya mirip-mirip dengan full service itu yang tidak wajar," jelasnya bersemangat.

Ia pun mengapresiasi upaya wasit anti monopoli yakni Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang tengah menyelidiki dugaan praktik duopoli industri penerbangan Indonesia. Duopoli adalah penguasaan pasar oleh dua perusahaan dan keduanya bisa mengatur harga. (dra/rus)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X