Kalau Hujan Malam Hari, Malah Tak Bisa Tidur Nyenyak

- Rabu, 19 Juni 2019 | 10:53 WIB

Musibah banjir tak henti-hentinya melanda Balikpapan setiap kali hujan deras membuat warga selalu was-was. Seperti dialami Wayan dan Sari, warga Gang Al Makmur, Jalan Beller, Kelurahan Damai, Balikpapan Kota.

ESA FATMAWATI

 

Kawasan Jalan Beller dikenal sebagai salah satu daerah langganan banjir saat hujan deras terjadi di Kota Balikpapan. Seperti yang terjadi pada Senin (17/6) siang. Kawasan ini sebenarnya memiliki sungai untuk aliran air, namun keadaan sungai menurut warga sudah sempit dan dangkal. Selama ini sudah ada wacana pelebaran sungai Jalan Beller, namun kenyataannya belum ada tanda-tanda  direalisasikan.

Wayan, warga RT 31 Gang Al Makmur pada Selasa (18/6) sore terlihat mencangkul endapan lumpur di parit depan rumahnya. Endapan lumpur tersebut menyumbat aliran parit yang meluber ke jalan.

Wayan mengatakan, dahulu banjir paling tidak hanya terjadi maksimal dua kali dalam setahun. Namun, belakangan ini, setiap hujan deras air menggenangi tempat tinggalnya.

"Kalau di jalan sini bisa sampai di dada orang dewasa. Memang di RT 31 Damai  termasuk yang paling dalam," akunya. Sebenarnya dia sudah dengar wacana pelebaran sungai yang katanya bisa menanggulangi banjir. Namun nyatanya belum benar-benar ada yang dilakukan. 

Saat banjir kemarin, dirinya dan warga sekitar harus bersabar sampai air benar-benar surut. Hujan terjadi sejak pukul 04.00 Wita, selama hujan masih belum berhenti, belum ada harapan banjir surut. Barulah pada pukul 19.00 Wita hujan benar-benar berhenti dan genangan air benar-benar surut. 

Beruntung air laut tidak sedang pasang tinggi. Biasanya jika hujan deras terjadi saat laut pasang, banjir bisa mencapai leher orang dewasa. Kira-kira sampai 1,5 meter dan kalau sudah begitu tak banyak yang bisa dilakukan kecuali berdiam di area tertinggi rumahnya.

Tak jauh dari rumah Wayan, ada rumah milik Sari yang tinggal dengan suami dan anak-anaknya. Rumah tersebut juga digunakan sebagai rental PlayStation dan warung kelontong. Sari sudah merasakan banjir di Jalan Beller sejak dirinya kecil, kira-kira tahun 1992. Namun saat itu memang rumah warga belum ditinggikan seperti sekarang.

Dua kali, bekakangan ini, hujan deras hingga menyebabkan Jalan Beller banjir. Pertama saat jelang Lebaran, kedua kali ini. Namun menurutnya kali ini cukup parah. Gang Al Makmur, tempatnya tinggal memang termasuk yang terparah, untungnya lokasi yang ia tinggali tidak serendah tempat tinggal beberapa warga sekitar.

Bisa dibilang, di Al Makmur rumah Sari terlebih dahulu surut dibanding rumah lain. Tapi tetap saja, ketika hujan deras turun dalam waktu lama, keluarganya was-was dan tak bisa tidur nyenyak.

"Apalagi kalau hujan malam hari. Kami cek terus air sudah seberapa. Amankan kendaraan, alat elektronik," sebutnya. 

Dulunya banjir di Jalan Beller tidak sampai mengalirkan lumpur. Mulai sekitar tahun 2005 dirinya merasakan banjir mulai membawa lumpur basah, yang ketika surut akan membuat rumah dan jalan kotor sekali. Ia juga merasa, makin tinggi aspal Jalan Beller, banjir juga makin ekstrem dan tinggi.

"Apalagi sekarang jarang ada pohon. Jalan ditinggikan, sungai makin dangkal, juga banyak rumah di sekitar sungai," ujar perempuan kelahiran 1990 ini. Rumahnya kali ini mengalami genangan kurang lebih 10 jam. 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X