NGERIK..!! Banyak Juga..!! Penderita HIV di Kota Ini Tembus 2.308 Orang

- Rabu, 19 Juni 2019 | 11:00 WIB

BALIKPAPAN – Sesuai data yang dihimpun Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan sejak 2005 hingga triwulan kedua 2019, jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) di kota ini mencapai 2.308 orang.

Menurut Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, DKK Balikpapan, Dewa, setiap tahun terdapat kasus HIV. "Seperti pada periode Januari sampai Mei 2019 ini, warga yang terdeteksi mengidap virus HIV berjumlah 258 orang. Dengan rincian laki-laki 159 orang dan 38 di antaranya telah masuk ke fase AIDS. Sementara perempuan sebanyak 99 orang, 36 diantaranya masuk fase AIDS," akunya. 

Dari tahun ke tahun sejak 2005 hingga sekarang, juga terdapat pengidap HIV/AIDS yang meninggal dunia.

"Tahun 2016, sebanyak 12 orang meninggal. Tahun 2017 sebanyak 58 orang, tahun 2018 sebanyak 49 orang. Dan tahun 2019 sebanyak 19 orang," terangnya. 

Ada perubahan tren penyebaran HIV tahun 1990-an dengan tahun 2000-an, terutama tahun 2010 ke atas. Jika dulunya mayoritas karena penggunaan jarum suntik, kini bergeser ke perilaku seks bebas. 

"Kalau yang sekarang dan beberapa tahun terakhir, kebanyakan karena seks bebas. Jadi karena perilaku seks beresiko, yaitu hubungan seks yang dilakukan dengan bukan satu pasangan tetap atau sah dan tidak menggunakan pengaman," tandasnya. 

Sebelumnya Plt DKK Balikpapan, Suheriyono mengatakan, pihaknya telah mempersiapkan layanan testing dan konseling terkait HIV/AIDS di seluruh puskesmas di Kota Balikpapan. 

"Jadi seluruh Puskesmas mampu melakukan skrining dan testing. Maka bagi masyarakat yang merasa berisiko, silakan lakukan tes di puskesmas," kata Heri.

Selain itu, yang dilakukan DKK melaksanakan penyuluhan terkait bahaya HIV/AIDS di sekolah-sekolah dan lingkungan RT. Menurutnya, petugas dari puskesmas yang turun ke lapangan dan melakukan penyuluhan.

"Banyak juga dilakukan pertemuan lintas sektor bersama masyarakat. Kami juga melakukan skrining ke tempat-tempat yang beresiko. Petugas kami melakukan mobiling ke beberapa tempat seperti panti pijat, rutan, lapas, juga kafe," sebutnya.

Menurut dia sejak pembongkaran lokalisasi Km 17 dan Manggar Sari, pihaknya cukup kesulitan untuk melakukan pemetaan.

"Karena dulu ada lokalisasi maka kita langsung ke tempat tersebut untuk melakukan skrining. Karena sekarang sudah tidak ada lokalisasi maka kami menyebar termasuk ke lapas dan rutan," jelasnya.

Lantaran penderita tidak bisa sembuh, maka mereka harus berobat seumur hidup. Untuk layanan pengobatan tersedia di Puskesmas, Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo, dan rumah sakit tentara.

"Kami pun bersama Dinas Sosial juga melakukan pemberdayaan orda (orang dengan HIV/AIDS). Biasanya juga ada forum diskusi," tandasnya. (cha/vie)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB
X