BALIKPAPAN-Kasus stunting di Kota Balikpapan terus meningkat. Saat ini, kasus gangguan pertumbuhan pada anak ini jumlahnya mencapai 1.889. Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Andi Sri Juliarty mengatakan, upaya penanggulangan sebenarnya telah dilakukan.
“Selama ini ‘kan sudah ada pemberian tablet penambah darah atau fe bagi remaja perempuan. Ini juga sebagai upaya pencegahan, supaya nanti mereka siap saat sudah menikah dan fisiknya sehat,” terang Andi Sri Juliarty, kemarin (28/6).
Selain itu, para dokter di Balikpapan juga akan menjadi orangtua asuh anak stunting pada Hari Bakti Dokter Indonesia Minggu (30/6) besok. Program ini sesuai arahan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat, bahwa dokter harus menurunkan angka stunting. Dari 714 anak di Balikpapan yang mengalami stunting, 111 di antaranya yang akan ditangani para dokter tersebut.
“Jadi, pada hari itu, dokter sendiri akan ikut menjadi orangtua asuhnya balita yang mengalami stunting. Ada 500 orang dokter di Balikpapan. Anak-anak tersebut ditentukan berdasarkan data anak usia 0-23 bulan DKK. Para dokter tidak bermaksud mengambil fungsi ahli orangtua. Hanya membantu perawatan gizi. Selain itu, PMT dari kementerian kesehatan sudah ada seperti biskuit makanan anak,” jelasnya.
Dalam hal ini, PMT disebut belum mencukupi bagi anak-anak stunting. Sehingga para dokter tersebut yang akan memantau kondisi gizi si anak selama masa pengasuhan mereka. “Dokter yang jadi orangtua asuh si anak bantu mengawasi asupannya,” ujarnya.
Dalam beberapa kasus, upaya pemberian gizi kepada anak stunting terkadang masih belum memberikan dampak positif bagi berat badan si anak. “Makanan sudah baik, tapi berat badan anak belum naik. Ternyata ada penyakit lain. Sehingga ketika memiliki orangtua asuh dokter, bisa cepat ditangani penyakitnya,” ujar perempuan yang akrab disapa Dio ini.
Dirinya mencontohkan, ada anak yang mengalami batuk pilek terus-menerus, bisa jadi menyebabkan anak tersebut mengalami stunting. Nantinya alan mendapat perawatan selama lima bulan. “Kami akan lakukan evaluasi. Kalau bagus akan diteruskan lagi. Nanti kita mencoba mendokumentasi anak sebelum dan sesudah pelayanan ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kasus stunting untuk anak usia 0-23 bulan ada sebanyak 714 kasus. Namun, jumlah kasus stunting tahun ini menurun dari tahun lalu. DKK Balikpapan menyasar anak umur 0-23 bulan karena usia ini merupakan masa keemasan.
“Namun, orangtua sudah sadar bahwa anaknya tidak mengalami stunting, bisa saja berat badannya naik. Ada pula muncul kasus yang baru. Setiap bulan kader melaporkan ke kita kasusnya bisa naik turun,” katanya.
Sesuai data DKK dari jumlah sasaran 12.389 anak, sebanyak 714 anak usia 0-23 bulan mengalami stunting. Sementara pada anak usia 24-59 bulan ada sebanyak 1.175 anak dengan jumlah sasaran 21.729 anak. Sedangkan usia 0-59 bulan, dari jumlah sasaran 34.127 orang, 1.889 anak di antaranya mengalami stunting. (cha/vie/k1)