BALIKPAPAN-Sekira 200 umat Hindu merayakan Galungan di Pura Giri Jayanatha, Jalan RE Martadinata, Rabu (24/7) pagi. Dipimpin Pedanda Gede Prabawa Nanda Giri, ibadah dilaksanakan dua kali, yakni pukul 08.00 Wita dan 19.00 Wita.
Pengurus Pura Giri Jayanatha Kota Balikpapan, Ketut Murdana menuturkan, Hari Raya Galungan ini untuk mengingatkan bahwa dunia bukanlah akhir perjalanan hidup.
“Kenikmatan duniawi yang disebut dengan bhukti, sedangkan jalan yang lainnya yang bersifat ke dalam disebut dengan nirvriti untuk mencapai mukti. Dalam arti setelah bhukti itu dipenuhi, maka harus ditinggalkan untuk mencapai tujuan akhir dari hidup, yaitu persatuan abadi dengan Sang Asal, Ida Hyang Widi atau Tuhan Yang Maha Esa,” kata Ketut Murdana.
Hari Raya Galungan, lanjutnya, dirayakan umat Hindu setiap 210 hari berdasarkan perhitungan kalender Bali, yaitu hari Budha Kliwon Dungulan sebagai hari kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan).
“Kemenangan dharma atas adharma yang dirayakan sebagai Hari Raya Galungan dan Kuningan tentunya berkaitan dengan tujuan hidup di dunia ini, yang menurut konsep Hindu dikenal dengan catur purusa artha (dharma, artha, kama moksa),” jelasnya.
Selain itu, dharma senantiasa digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kewajiban hidup di dunia ini. Antara lain, untuk memenuhi kama (keinginan), artha (kekayaan), dan terakhir untuk meninggalkan semua yang diperoleh.
“Untuk mencapai pembebasan abadi yang disebut moksa, semua proses tersebut harus dilandasi dengan dharma. Sehingga dharma itu selalu unggul atas adharma, dalam proses mendapatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kama dan artha tersebut, dikenal dengan proses atau jalan pravriti. Yaitu, jalan keluar, jalan untuk mencapai kesenangan,” tuturnya.
Ia juga berpesan bahwa keberagaman agama bukan menjadi penghalang untuk persatuan. “Semua agama tentu mengajarkan kebaikan dan mengarahkan ke jalan keniscayaan. Tentu kita harus jalin persatuan dengan semua agama dan kita harus menjaga keberagaman ini,” tandasnya. (pri/vie/k1)
