Joglo Tani Kolong Langit, Potret Kejayaan Pertanian

- Kamis, 22 Agustus 2019 | 09:17 WIB

JOGLO Tani Kolong Langit RT 12 Handil Baru Samboja sukses mengembalikan masa emas sektor pertanian sekaligus meningkatkan kecintaan masyarakat sekitar untuk bertani. Betapa tidak, lewat Joglo Tani seluruh kebutuhan pangan warga terpenuhi. Mulai beras, sayuran, buah-buahan dan ikan.

"Rahasia suksesnya tanam apa yang dimakan, makan apa yang ditanam. Kalau bisa ditanam kenapa harus beli dan itu berhasil dibuktikan masyarakat dengan adanya Joglo Tani Kolong Langit," kata Wakil Ketua Pengelola Muhtadin memulai percakapan dengan sejumlah awak media yang berkunjung, Rabu (21/8). Dan benar saja, saat ini tercatat ada 30 warga yang kembali menekuni kegiatan pertanian dan terlibat di kawasan tersebut.

Joglo Tani Kolong Langit merupakan kawasan terpadu meliputi pertanian, perternakan, perikanan dan perkebunan mengadopsi Joglo Tani Jogjakarta. Dikembangkan sejak dua tahun lalu oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ENI Muara Bakau melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM) dan berdiri di atas lahan milik warga seluas 10 hektare. Jumlah itu dipastikan bertambah seiring hamparan lahan yang masih luas dan berbagai pengembangan yang akan dilakukan. "(sektor) Yang sudah berjalan saat ini adalah pertanian berupa tanam padi bahkan hasil panen kemarin surplus. Sektor lainnya yakni perkebunan dengan ratusan jenis tanaman dan perikanan," gebunya.

Sedangkan untuk bidang peternakan sudah dipersiapkan. "Kandang sudah ada, rencana untuk beternak sapi," lanjutnya.

Seluruh hasil tani, perikanan dan perkebunan diprioritaskan untuk konsumsi warga. Sebagian lagi barulah dikomersilkan. Dengan kata lain, adanya Joglo Tani Kolong Langit, 100 persen kebutuhan pangan warga terpenuhi.

Ya, sudah menjadi sebuah kebanggaan bahwa Indonesia punya tanah yang subur sehingga berbagai tanaman bisa tumbuh dengan baik di Bumi Pertiwi. Tidak terkecuali di wilayah Handil Baru. "Di sini dulu dikenal sebagai daerah Nyiur Melambai karena adanya pertanian, perkebunan tapi lama kelamaan mulai ditinggalkan, masyarakat memilih bekerja dari pada bertani akhirnya banyak lahan tibur. Lewat Joglo Tani kami ingin mengembalikan tradisi masyarakat bertani," serunya. 

Menariknya, kawasan terpadu itu juga didukung dengan teknologi canggih. Yakni sistem irigasi berbasis digital. "Kawasan Joglo Tani luas dan berbukit. Jadi kami pun mendirikan 17 sprinkle (tiang air pancoran) tersebar di seluruh lokasi yang akan berfungsi menyiram tanaman yang bisa dikendalikan langsung dari smartphone menggunakan aplikasi," tuturnya bersemangat.

Untuk memudahkan operasional, tiap beberapa titik pancoran air dilengkapi penampungan air dan mesin pompa. Adapun pasokan air diperoleh dari sumur di sekitar kawasan sedangkan energi untuk mendukung kerja mesin pompa mengandalkan tenaga surya. 

Untuk tanaman yang tidak memungkinkan menggunakan air pancuran, pihaknya membangun sistem pengarian berbeda. "Seperti cabai dan tomat, areal tanamannya ditutupi plastik sehingga sprinkle kami pasang di permukaan tanah," celetuknya.

Lanjut Ketua RT 12 ini menerangkan, urusan pupuk juga menjadi perhatian utama. "Seluruh tanaman dan pertanian di sini menggunakan pupuk organik karena kami juga memiliki rumah pembuatan kompos.

Fasilitas lain yang mendukung aktivitas di kawasan tersebut yakni greenhouse yakni pojok pertanian berbasis hidroponik. "Jadi warga terutama ibu-ibu yang ingin bertani tapi tidak mau kotor-kotor terkena tanah, bisa bercocok tanam di sini," lanjutnya memberi penjelasan.

Aktivitas warga pun diperkaya dengan kegiatan mengolah hasil tanaman menjadi aneka produk makanan. Seperti dodol pisang awak, permen buah nangka, abon ikan, kripik mandai, cake pepaya dan masih banyak lagi.

Tak sekadar urusan bertani, perikanan dan perkebunan, Joglo Tani Kolong Langit juga dilengkapi dua buah spot berfoto pemandangan hamparan hijau yang menyejukkan mata.

"Kami juga berencana menjadikan tempat ini sebagai bumi perkemahan dan rencananya kami juga akan membangun homestay di tengah persawahan," paparnya kembali bersemangat.

Tak heran bila kawasan tersebut digadang sebagai desa digital (Dedi) dan desa wisata (Dewi). Juga akan didorong sebagai lumbung pangan dan bibit, pusat informasi dan edukasi pertanian. "Tekad kami, membangun Indonesia melalui Samboja," tutupnya.

Halaman:

Editor: adminbp-Admin Balpos

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X