BALIKPAPAN- Sang arsitek Persiba Satia Bagdja Ijatna punya tugas berat. Kekalahan atas PSIM Jogjakarta tentu membuat kepercayaan diri dan mental para pemain menurun. Pria kelahiran Jakarta tersebut wajib mengembalikannya. Apalagi laga selanjutnya bakal bertandang ke markas Persis Solo. Andai tak kunjung berkembang, tentu bayang-bayang kekalahan kembali terjadi.
Ya, mantan juru taktik timnas wanita tersebut menilai anak asuhnya dalam tekanan. Berada di zona degradasi membuat mereka ingin secepatnya bangkit. Imbasnya, di pertandingan melawan PSIM justru terburu-buru. “Mereka mau menang, makanya terburu-buru. Itukan tidak boleh terjadi. Apalagi sampai kehilangan bola dan banyak melakukan pelanggaran,” kata Satia, Jumat (23/8) kemarin.
Memang gol kedua yang diciptakan oleh anak asuhan Aji Santoso tercipta melalui bola mati. Padahal, sehari sebelum pertandingan, Satia meminta para pemainnya untuk minim melakukan pelanggaran. “Lebih leluasa pemain mencetak gol kalau bola set pieces. Karena tidak ada yang kawal. Padahal sudah diantisipasi. Termasuk gol pertama sudah diinstruksikan agar pemain sayap lawan tidak boleh melakukan crossing. Faktor terburu-buru itu membuat permainan jadi kacau,” ujarnya.
Nah, dia menilai situasi seperti ini kembali dari mental para pemain secara pribadi. Tentu, dia sebagai pelatih tetap berusaha membangkitkan mental anak asuhnya agar tetap percaya diri. “Saya tetap akan berusaha mengembalikkan mental mereka. Tapi semua kembali lagi kepada pemain masing-masing,” tambahnya.
Pun begitu, dia mengaku masuknya beberapa pemain baru sebenarnya perlahan membuat permainan sudah meningkat. Bahkan crossing yang jarang terlihat dari lini sayap mulai berjalan. “Pertandingan berikutnya harus bisa dapat poin,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Gede Widiade mengatakan pasca kekalahan ini para pemain memang harus diberi motivasi. Sisa pertandingan harus meraih hasil positif. Tapi step by step dan tidak melihat pertandingan secara keseluruhan. “Saya sudah ngomong sama pelatih agar tidak usah memikirkan semua pertandingan. Fokus satu-satu saja,” ujar Gede. (ham/cal)