Pulau Kalimantan Aman dari Gempa

- Minggu, 25 Agustus 2019 | 12:49 WIB

BALIKPAPAN-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali menegaskan, Pulau Kalimantan merupakan satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan paling rendah.

“Meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, tetapi secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia. Seperti Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa yang dapat merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rilis yang diterima Balikpapan Pos.

Ditambahkannya, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah itu berdasarkan sejumlah fakta. Di antaranya, wilayah Borneo memiliki struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia. 

Kemudian, lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust). Hal ini membuat suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat megathrust

Terakhir, beberapa struktur sesar di Kalimantan sudah berumur tersier. Segmentasinya banyak yang tidak aktif lagi dalam memicu gempa. Meskipun demikian, guna mengantisipasi terjadinya bencana, khususnya di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Timur dan Selatan yang berhadapan dengan sumber gempa, maka perlu disusun strategi mitigasi bencana dengan menyiapkan tata ruang pantai agar masyarakat pesisir lebih aman.

“Tata ruang pemanfaatan daerah pesisir harus berbasis mitigasi bencana. Ini penting guna mengantisipasi bencana tsunami di pantai rawan tsunami dan tangguh menghadapi tsunami,” katanya.

Selain itu, lanjut Dwikorita, konsep evakuasi mandiri juga menjadi pilihan tepat dan efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman tsunami. Evakuasi mandiri dengan menjadikan guncangan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami alami dapat menjamin keselamatan masyarakat. 

Dwikorita mengungkapkan, edukasi evakuasi mandiri dan pelatihan evakuasi (drill) akan menjadi materi penting dalam kegiatan sosialisasi kepada masyarakat dan stakeholder di wilayah pantai rawan tsunami oleh berbagai lembaga terkait, seperti BNPB, BPBD, BMKG. Masyarakat yang tinggal di zona sesar aktif dan pesisir harus memahami bagaimana cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi maupun tsunami. 

Sementara itu, Deputi Geofisika BMKG Mohammad Sadly mengatakan, Pulau Kalimantan memang relatif lebih aman secara seismik jika dibandingkan pulau-pulau besar di Indonesia.  Meski demikian, BMKG bersama kementerian dan lembaga terkait sedang menyiapkan sistem monitoring gempa dan langkah-langkah mitigasi gempa bumi dan tsunami yang lebih mumpuni. Ini untuk menjaga keselamatan masyarakat dan keberlanjutan perekonomian di wilayah calon ibu kota tersebut.

“BMKG bersama kementerian/lembaga lain berupaya meminimalisasi sekecil mungkin risiko kebencanaan di wilayah tersebut, dengan menyiapkan skenario mitigasi bencana yang tepat, terpadu, dan berkesinambungan,” tutur Sadly.

Langkah tersebut, sambung Sadly, diwujudkan BMKG dengan terus memperkuat sistem monitoring gempa bumi di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2019, BMKG akan memasang sensor gempa sebanyak 194 unit. Sedangkan pada tahun 2020, BMKG juga akan memasang sensor gempa sebanyak 154 unit, guna merapatkan jaringan monitoring gempa nasional. Termasuk di Pulau Kalimantan.

Tidak hanya itu, BMKG juga telah merencanakan pembangunan 300 sarana penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami atau warning receiver system (WRS) di seluruh wilayah Indonesia.

Sarana penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami ini penting, kata Sadly, supaya informasi dan peringatan dini yang dikeluarkan BMKG dapat segera ditindaklanjuti pemerintah daerah dalam upaya menyelamatkan masyarakat berisiko.

“Untuk perencanaan dan pengembangan wilayah yang aman dari gempa bumi serta menjadi acuan dalam membangun bangunan tahan gempa, maka kegiatan mikrozonasi seismik yang dilakukan BMKG penting dilakukan. Kegiatan mikrozonasi ini penting karena dapat mengidentifikasi zona rentan gempa bumi. Di zona rentan inilah dilakukan upaya penguatan struktur bangunan, supaya tetap aman meskipun terjadi gempa,” pungkasnya. (gan/vie/k1) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X