BALIKPAPAN-Tidak berlebihan rasanya bila menyebut banyak masyarakat yang ingin melihat Kaltim lebih dekat sejak Presiden RI Joko Widodo mengumumkan pemindahan ibu kota negara. Utamanya masyarakat dari luar daerah. Hal itu tentu berkorelasi positif dengan akomodasi, salah satunya hotel.
Namun hingga kemarin kalangan perhotelan mengaku belum mencatatkan dampak langsung dari keputusan tersebut. Seperti peningkatan isian kamar (okupansi). "Belum, karena baru dua hari sejak diumumkan. Saat ini baru euforia, demam ibu kota," ujar Ketua Badan Pengelola Cabang PHRI Balikpapan Sahmal Ruhip kepada Balikpapan Pos, Selasa (27/8).
Namun dia, pemindahan ibu kota negara secara otomatis berdampak positif terhadap perekonomian daerah. "Membangkitkan semangat ekonomi baru. Yang tadinya lesu jadi semangat," ulasnya kemudian.
Diperkirakannya, dalam dua dan tiga bulan ke depan, barulah okupansi terimbas kebijakan tersebut. "Saat ini barulah orang akan ramai berkunjung ke Kaltim dan Balikpapan khususnya untuk melakukan survei atau rencana bisnis," tuturnya ramah. Berikutnya, tren okupansi akan semakin meningkat seiring persiapan membangun penunjang ibu kota baru.
Disebutkan sejak Januari hingga Agustus, tingkat keterisian kamar hotel mengalami kenaikan. "Memang tidak seluruh hotel. Beberapa hotel berbintang mengaku ada kenaikan," papar Sahmal sapaan akrabnya. Peningkatan lanjut dia dipengaruhi menggeliatnya kegiatan bisnis sektor minyak dan gas (Migas). "Ya kabarnya berkat pelaksanaan proyek perluasan kilang minyak yang sudah dimulai," paparnya lagi.
Director of Operasional Platinum Hotel Group H Soegianto juga mengaku belum membukukan peningkatan okupansi secara signifikan dampak dari penetapan Kaltim sebagai ibu kota negara. "Saat ini memang belum karena memang baru beberapa hari diumumkan. Tapi kami berharap ke depan dampaknya semakin positif terhadap bisnis kami," gebu Soegianto, kemarin.
Apalagi lanjut dia, tingkat okupansi periode Januari-Agustus tahun ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. "Pesta demokrasi berdampak pada berkurangnya kegiatan bisnis, banyak pelaku bisnis yang menahan aktivitasnya," ulasnya.
Setali tiga uang, General Manager (GM) Hotel Pacific Amelda Ahdalia Sari mengatakan, isian kamar hotelnya berangsur meningkat pascalebaran Idulfitri lalu. "Januari-Maret agak sepi karena siklus awal tahun kemudian ada pesta demokrasi. Setelah situasi benar-benar stabil barulah kembali ramai, tepatnya setelah Idulfitri," gebunya. Meski begitu ia mengaku, tingkat hunian kamar hotel tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Ia pun berharap, pemindahan ibu kota negara Kaltim dalam waktu dekat memberi pengaruh signifikan terhadap keterisian kamar. (dra/ono)