Kontribusi Mitra Gojek Capai Rp 423 M

- Jumat, 30 Agustus 2019 | 10:36 WIB

BALIKPAPAN-Transportasi berbasis online kini menjamur di Balikpapan. Salah satunya penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi Gojek yang hadir di Kota Minyak sejak tahun 2016 silam. 

Keberadaan Gojek bukan hanya bertujuan untuk kepuasan pengguna atau pelanggan, namun dibalik itu ada mitra gojek, yakni para driver maupun pemilik usaha yang bekerjasama dengan perusahaan tersebut. 

Dari riset independen lembaga demografi UI (Universitas Indonesia), mitra gojek berkontribusi mencapai Rp 423 miliar bagi perekonomian daerah di Balikpapan pada tahun 2018. Dalam hal ini, disebutkan pendapatan mitra Go Ride (layanan antar roda dua) rata-rata naik 19 persen di atas UMK. 

Menurut Head of Regional Corporate Affairs Gojek, Mulawarman, pihaknya juga menjaga kesejahteraan mitra gojek serta kualitas layanan berbasis aplikasi tersebut.

"Dalam menjalankan strategi untuk kesejahteraan mitra perlu didukung secara menyeluruh, seperti pendapatan yang berkesinambungan pengelolaan keuangan serta pengembangan skill," bebernya. 

Ditambahkan District Head East Kalimantan Gojek, Aryo Bernadi, mitra Go Food (layanan pesan antar makanan) pun mengalami kenaikan omzet sebesar 40 persen pasca bergabung.

"Kenaikan omset ini rata-rata Rp 4,85 juta per bulan," bebernya. 

Salah satu sosok mitra Gojek, Mujiyono atau Mbah Djenggot yang kini berusia 63 tahun bergabung sejak pertama layanan tersebut di launching di Balikpapan, yaitu 2016. Pada awalnya dirinya merupakan sopir angkot yang sudah beroperasi sejak tahun 1990. Pada tahun 2016 ia melihat prospek menjadi driver ojek berbasis online, menjanjikan.

"Akhirnya saya bergabung pada 2016 itu. lama-lama saya merasakan nyaman dan memutuskan menjual angkot milik saya dan terjun sepenuhnya sebagai driver," ungkap pria yang memiliki tiga orang anak ini. 

Akhirnya ia memutuskan untuk mentarget dirinya agar bisa berangkat umroh pada tahun 2017. Dalam setahun dengan rata-rata penghasilan Rp 250 ribu per hari, mengaku bisa menabung Rp 100 ribu per harinya. Terlebih pada saat itu si anak sudah semuanya lulus sekolah.

"Akhirnya saya kumpulkan uang Rp 100 ribu per hari, atau kalau bisa dapat lebih saya juga sisihkan lebih. Yang jelas pendapatan saya bisa lebih tinggi dibandingkan dengan menjadi sopir angkot," ujarnya.

Saat menjadi supir angkot per harinya ia bisa mendapat Rp 300 ribu, namun dengan biaya perawatan yang lebih besar lantaran yang dikendarai adalah roda empat. Sementara saat ini dia hanya menggunakan kendaraan roda dua, sehingga biaya perawatan lebih kecil.

"Jam kerja saya mulai keluar pukul 07.00 Wita, biasa saya istirahat secukupnya siang hari, dan melanjutkan sampai dengan paling malam jam 24.00 Wita. Atau kalau saya masih kuat bisa sampai pukul 01.00 Wita. Tapi kalau memang saya lagi ingin istirahat, jam 10.00 Wita saya sudah pulang," terang Mbah Djenggot. 

Sementara, driver lain, Said Agus berusia 55 tahun mengaku memutuskan bergabung sejak diajak Mbah Djenggot. Pilihnya bergabung pada tahun 2017 dan per harinya bisa menghasilkan paling banyak Rp 300 ribu. 

"Sampai sekarang saya juga masih punya bisnis ayam potong di Kilometer 28, Karang Joang. Karena pekerjaan ini menurut saya fleksibel, jadi bebas mengatur waktu sendiri," tandasnya. (cha/vie)

Editor: adminbp-Admin Balpos

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X