BALIKPAPAN - Tak dapat dipungkiri, kawasan pesisir atau daerah aliran sungai (DAS) banyak sampah yang bertebaran, baik di sungai maupun di kolong rumah warga, khususnya rumah panggung. Kondisi seperti itu dapat disebabkan beberapa faktor. Diantaranya tak adanya TPS sampah, kurangnya kesadaran sebagian warga, dan limbah yang terbawa air laut saat pasang. Bisa dikatakan selain sampah warga sekitar, juga banyak sampah larut yang masuk ke permukiman warga.
Salah satunya DAS Aji Raden, RT 6 Kelurahan Lamaru, Balikpapan Timur, terlihat permukiman padat penduduk itu sangat kotor dan banyak sampah. Sehingga diperlukan tenaga ekstra untuk membersihkannya secara menyeluruh.
Bahkan kondisi itu telah diketahui Lurah Lamaru, Surata. Untuk menindaklanjuti harapan dari warga agar dilakukan penanganan secara total, pihaknya bakal melibatkan instansi terkait pembersihan.
“Jadi sampah yang terdapat di RT 6 itu akan dibersihkan. Kami akan koordinasi dengan DLH (Dinas Lingkungan Hidup, Red.) untuk diangkut,” kata Surata saat diwawancarai Balikpapan Pos.
Jika nanti apa yang diharapkan dapat terealisasi, Surata ingin sepanjang bibir DAS Aji Raden dipasang jaring sampah. Agar sampah-sampah yang larut tidak masuk ke permukiman warga.
“Setelah itu bersih, maka kami akan pasang jaring di jembatan kayu sepanjang bibir sungai. Gunanya untuk menjaring sampah dari sungai supaya tak masuk ke permukiman warga,” sambung dia.
Namun untuk waktu pelaksanaan, khususnya pembersihan sebagai langkah utama, Surata belum dapat menentukan waktu kegiatan. Karena dia harus menunggu informasi dari Ketua RT 6 Hariansyah untuk kesediaan warga bersama-sama melakukan pembersihan.
“Ini tinggal menunggu warga di RT 6 kapan siap melakukan kerja bakti massal. Barulah kami bersurat secara resmi kepada DLH untuk memohon bantuan,” terang Surata.
Sebelumnya Hariansyah menerangkan, lingkungannya sudah 10 tahun tidak memiliki tempat pembuangan sementara ( TPS) sampah. Sehingga kawasan tersebut terlihat kotor. Jadi berharap adanya dukungan prasarana untuk menunjang kebersihan.
“Yang pertama itu kondisinya memang banyak sampah. Karena ulah oknum warga yang membuang sampah sembarangan. Tapi juga karena memang tak adanya TPS,” ucap Hariansyah.
Adapun keberadaan TPS jauh dari permukiman warga, yakni sekira 500 meter sampai 1 kilometer dari perkampungan warga. Sehingga warga merasa jauh untuk membuang langsung ke TPS.
“Mungkin seharusnya memang ada tempat sampah seperti TPS, biar warga tidak membuang sampah di sungai. Karena selama ini memang tak ada tempat sampah. Kondisi tak adanya TPS sudah sepuluh tahunan lebih,” pungkasnya. (wal/cal)