BALIKPAPAN - Tak bisa dipungkiri akan ada satu waktu di mana anak pulang dari sekolah dan tiba-tiba berkata, "Guru saya galak".Saat mendengar ucapan seperti itu, umumnya orangtua akan bingung merespons.
Namun, menurut psikolog Patria Rahmawati, hal pertama yang mesti dimiliki orangtua adalah kemauan untuk mendengarkan.
“Biarkan mereka bicara. Biarkan anak menceritakan kisah mereka tanpa menghakimi, lalu berikan komentar netral, orangtua juga bisa ajukan pertanyaan netral seperti, 'Apa yang terjadi kemudian,” ujar Patria Rahmawati.
Patria mengungkapkan, hal yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan adalah mengatakan, 'Oh, dia sangat jahat,' atau, 'Bagaimana dia bisa mengatakan itu kepada kamu? Itu tidak pantas.'
“Terkadang seperti orang dewasa, anak-anak hanya perlu merengek dan mengeluh. Dan ketahuilah, orangtua sebaiknya cukup peduli untuk didengarkan,” akunya.
Ia menyarankan, agar orangtua meminta anak mencurahkan pikiran dan perasaan mereka ke dalam kata-kata. Hal ini juga dianggap dapat membantu mereka memecahkan masalah.
Namun, jika masalah terus berlanjut, dapatkan sisi cerita dari guru. Misalnya anak pulang ke rumah beberapa hari yang lalu dan dia kesal tentang sesuatu. Orangtua tentu berharap dapat membantu dan memahami apa yang terjadi.
“Ini mungkin sesuatu yang sangat sederhana, barangkali sang guru mengalami hal berat hari itu sehingga emoasinya berbeda,” tuturnya.
Setelah mendapatkan informasi lebih lanjut, orangtua dapat memutuskan apakah perlu duduk bersama semua orang-orang tua, anak, dan guru untuk menyelesaikan masalah.
Meski begitu, jangan pernah mengabaikan kekhawatiran anak, terutama jika masalahnya terus berulang atau lebih serius.
Patria juga memperingatkan untuk tidak mengintervensi setiap hal kecil, terutama jika memiliki anak yang mulai beranjak remaja.
Ada saatnya anak mendapat manfaat dari memiliki kesempatan untuk menangani sendiri apa yang mengganggu mereka.
“Kita ingin mulai melonggarkan segala sesuatu untuk anak ketika mereka pindah ke sekolah menengah, sehingga semakin banyak keputusan dibuat bersama,” katanya.
“Jelas, masukan orang tua, mengajukan pertanyaan dan memberikan pemikiran adalah penting. Namun, pada akhirnya kita ingin mereka mulai menyelesaikan hal-hal itu sendiri, sehingga mereka siap untuk kehidupan setelah SMA,” Sambungnya.