BALIKPAPAN - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan mencatat deflasi Maret lalu sebesar -0.15 persen turut disebabkan harga sejumlah bahan pangan. Meskipun harga gula pasir di pasaran mengalami kenaikan, rupanya hal itu tidak memicu kenaikan inflasi secara signifikan.
“Angka inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) Balikpapan bulan Maret 2020 sebesar -0,15 persen atau terjadi deflasi. Artinya, perubahan harga rata-rata komoditas makanan dan nonmakanan di Balikpapan turun atau lebih murah dibandingkan harga bulan Februari,” ujar Kepala BPS Balikpapan, Achmad Zaini.
Sementara menjawab kegelisahan masyarakat akan kenaikan harga komoditas bahan di tengah pandemi covid-19, Zaini mengungkapkan, sejumlah komoditas memang mengalami kenaikan. Meski demikian, kelompok laju IHK-nya masih tetap.
“Harga barang yang mengalami penurunan adalah kelompok pakaian dan kaus kaki, kelompok pengeluaran transportasi. Sementara kelompok pengeluaran makanan minuman dan tembakau, kelompok peralatan dan pemeliharaan rumah tangga, kelompok kesehatan, kelompok perawatan pribadi, dan jasa lainnya terjadi kenaikan indeks atau rata-rata harganya naik. Meski begitu, kelompok laju IHK tetap,” terangnya.
Berdasarkan catatan BPS Balikpapan pada Maret 2020, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,42 persen. Angka ini memberikan andil sebesar 0,1164 persen terhadap inflasi secara keseluruhan.
Subkelompok makanan, subkelompok minuman yang tidak beralkohol, dan subkelompok rokok dan tembakau, seluruhnya mengalami kenaikan indeks harga.
Ada pula tomat, ikan layang atau benggol, ikan tongkol atau ikan ambu-ambu, gula pasir, ikan kakap merah, dan lain-lainnya merupakan komoditas yang memberikan andil cukup signifikan dalam mendorong terjadinya inflasi.
“Sedangkan komoditas yang mendorong deflasi yaitu daging ayam ras, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, jagung manis, dan masih banyak lainnya,” pungkas Zaini. (dia/rus)