Paklek Pentol Sedih Ngga Bisa Mudik

- Senin, 27 April 2020 | 12:48 WIB
PASRAH: Joko berjualan pentol di bulan puasa hanya untuk bertahan hidup. Karena biasanya pada bulan Ramadan sudah pulang kampung.
PASRAH: Joko berjualan pentol di bulan puasa hanya untuk bertahan hidup. Karena biasanya pada bulan Ramadan sudah pulang kampung.

TANA PASER - Siring di tepi Sungai Kandilo, Paser  terlihat para pedagang mulai membuka lapak dagangan, dari penjual gorengan sampai penjual pentol.  Di bulan Ramadan ini, biasanya para pedagang tampak semangat untuk berjualan karena terbayang indahnya momentum lebaran Idulfitri, yaitu mudik,yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pulang kampung.

Namun bayangan indah bersama keluarga di kampung saat lebaran, sirna sudah. Sebab ada aturan pemerintah melarang mudik dengan alasan mencegah penyebaran virus corona. Hal ini dirasakan salah satu pedagang pentol, Joko penjual pentol asal Wonogiri, Jawa Tengah. Dia saat ini tinggal di Paser bersama kakaknya, sedangkan anak dan istrinya  ada di Wonogiri.

"Saya nggak mengira ada pelarangan mudik. Sedih saya. Biasanya saya pulang ke Jawa sebelum bulan puasa.  Karena ada pelarangan, tidak jadi mudik ke Jawa," kata Joko kepada Paser Pos.

Diakuinya setiap tahun dirinya melakukan mudik sebelum Ramadan bersama beberapa temannya sesama pedagang makanan. Dia pun menyesal tidak segera mudik sebelum ada larangan. Sebab beberapa temannya sudah pulang kampung beberapa minggu lalu sebelum ada larangan mudik.

“Kemarin sebelum bulan puasa mau pesan tiket tapi semua tidak ada kosong. Eh, mudiknya dilarang. Teman-teman saya sudah duluan mudik,” ujar Joko sambil duduk di dekat rombong pentol sembari berharap pembeli datang.

 Joko menambahkan,  kondisi penjualan pentolnya tidak seperti dulu.  Sebelum ada virus corona, per hari bisa mendapatkan penghasilan Rp 150 ribu. Namun masa wabah ini, sehari  paling banyak Rp 70 ribu.  "Itu sudah syukur dapat Rp 70 ribu.  Kadang juga tidak ada sama sekali. Kalau  tahun lalu, saya tidak jualan kalau bulan Ramadan," katanya.

Tetapi puasa tahun ini karena tidak bisa mudik, Joko terpaksa berjualan untuk bertahan hidup. Di Paser kakak Joko juga berjualan tetapi berjualan ke beberapa perusahaan.  “Namun karena masuk wabah corona, sekarang kakak saya juga tidak bisa jualan seperti biasa.  Kalau ditanya bantuan dari pemerintah setempat, saya belum ada. Mungkin karena saya warga Jawa bukan, KTP di sini," ujarnya.

Namun Joko bersyukur ada pembagian sembako dari orang-orang dermawan pada saat jualan pentol.  "Pengen sekali mudik seperti dulu, tapi kondisinya beda apa lagi ada pelarangan di bandara," keluhnya.  Atas kondisi tersebut, Joko memberikan pengertian kepada istri dan anaknya melalui telepon. "Kalau dibilang sedih, pasti sedih mas. Biasanya bulan puasa bisa kumpul keluarga tapi sekarang tidak bisa mudik," tuturnya. (bp-1/ono)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X