Cerita Tukang Gali Kubur saat Pandemi Corona

- Kamis, 25 Juni 2020 | 10:11 WIB
ANTISIPASI: Jalil saat menunjukkan liang lahat untuk lokasi pemakaman pasien Covid-19 di TPU Km 15 Karang Joang.
ANTISIPASI: Jalil saat menunjukkan liang lahat untuk lokasi pemakaman pasien Covid-19 di TPU Km 15 Karang Joang.

Keberadaan petugas di Tempat Pemakaman Umum (TPU) tak bisa lepas dari berbagai kisah yang tentunya memiliki cerita tersendiri. Tak sedikit menjadi pengalaman yang mungkin tidak akan bisa dilupakan selama bekerja memakamkan jenazah Covid-19.

SUDARMAN RAMADANI/BALIKPAPAN POS

PAGI itu Minggu (29/3) cuaca Kota Balikpapan cukup cerah. Jalil sedang berkumpul bersama keluarganya di rumah. Hari Minggu memang dimanfaatkannya untuk beristirahat dan bersantai dengan istri dan anak-anaknya. Tiba-tiba handphonenya berdering tepat pukul 13.00 Wita.

“Lil tolong disiapkan lubang di TPU, posisinya yang di bawah itu, ini jenazah Covid ya,” ujar Jalil menirukan ucapan pimpinannya. Jalil merupakan petugas Tempat Pemakaman Umum (TPU) Terpadu di Jalan Soekarno-Hatta KM 15 Karang Joang, Balikpapan Utara, yang sudah bertugas sejak tahun 2013 silam.

Mendengar jenazah Covid-19, perasaan pria berusia 44 tahun itu campur aduk, karena baru pertama kali dia memakamkan jenazah Covid-19. Dia bingung karena proses pemakaman pasti berbeda dengan jenazah pada umumnya.

Jalil pun memberanikan diri menuju ke TPU Terpadu KM 15 dari rumahnya di KM 5 Graha Indah. Disebutkan, lokasi pemakaman jenazah Covid tidak berada dalam satu area dengan jenazah umum. Dipilih lahan yang paling bawah di TPU itu. Kontur tanahnya lempung dan penggalian harus cepat selesai. Di tengah sinar matahari yang terik, dia dibantu dua rekannya dalam membuat liang lahat.

“Dua jam harus sudah selesai buat lubangnya. Karena katanya empat jam setelah meninggal, jenazah Covid harus sudah dikubur,” ujar Jalil.

Sekitar pukul 15.30 Wita liang lahat sudah siap. Karena jenazah Covid-19 menggunakan peti, maka Jalil menggali lubang dengan panjang 250 centimeter dan lebar 90 centimeter, serta kedalaman mencapai 150 centimeter. Selang setengah jam berlalu, sekira pukul 16.00 Wita, iringan mobil jenazah yang dikawal mobil petugas Satpol PP dan Dinas Perhubungan (Dishub) tiba di lokasi TPU Terpadu KM 15.

Saat mobil jenazah itu tiba, tidak serta merta langsung mengeluarkan peti jenazah dari dalam mobil. Sempat ada diskusi sebentar antara petugas rumah sakit dengan petugas pemakaman terkait protokol pemakaman.

Jalil yang pada saat itu sudah ikut terlibat dalam pembuatan lubang, kembali ikut terlibat dalam perbincangan. Dia diminta untuk membantu menurunkan peti ke dalam liang lahat.

 “Waktu itu diberi pengarahan dulu dan diminta pakai baju hazmat,” aku Jalil.

Mau tidak mau Jalil dan kedua rekannya dibantu petugas rumah sakit, menggunakan baju hazmat dan masker. Setelah itu barulah peti dikeluarkan dari mobil jenazah, diangkat empat petugas peti ini lalu diletakkan di atas lubang yang sudah diberi dua kayu ulin melintang di bawahnya.

Jalil mengaku cukup berhati-hati dan menuruti segala aba-aba yang diperintahkan pimpinannya, termasuk saat menurunkan peti jenazah ke dalam liang lahat. Antara satu sisi tali diturunkan secara bersamaan, tidak bisa sembarangan menurunkannya.

“Ada yang beri aba-aba, tali yang di kiri dikendurkan, kanan jangan terlalu cepat dikendurkan,” ucap Jalil.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X