Jangan Berhutang untuk Investasi

- Jumat, 23 Oktober 2020 | 12:56 WIB

Hampir semua orang pernah berurusan dengan yang namanya hutang piutang, baik sebagai peminjam maupun pemberi pinjaman. Meskipun ada istilah hutang baik dan hutang buruk, sebisa mungkin menghindari praktik hutang piutang terutama dalam berinvestasi.

“Sebenarnya semakin anda pemula semakin tidak disarankan, kenapa? karena dengan hutang itu pasti harus dibayar.

Karena banyak orang berhutang itu bukan dengan kemampuan membayar tapi dengan suatu harapan mampu bayar hutang dengan harapan hidup baik-baik saja,” kata Ryan Filbert, Praktisi & Inspirator Investasi Indonesia serta Penulis Puluhan Buku Best Seller Nasional ketika bincang di program Sarapan Pagi di Radio KPFM Balikpapan yang dipandu Sherly Kezia, Rabu (21/10).

Khusus kepada orang yang baru atau pemula, Ryan menegaskan agar tidak memulai kegiatan investasi dengan menggunakan hutang, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi pandemi Covid-19. Namun bagi yang bukan pemula, tidak masalah. Meski hal tersebut tidak disarankan, karena bagi orang yang sudah terbiasa berhutang atau menjalankan usaha sudah bisa mengukur kemampuan membayar atas penghasilan dari usaha yang dijalankan.

Menurutnya, ada banyak investasi yang dapat dijadikan pilihan oleh masyarakat, di antaranya emas, saham atau properti. Khusus emas atau saham, sangat disarankan untuk tidak melakukan investasi dengan cara berhutang.

Karena masih bisa dibeli dengan cara dicicil atau sedikit-sedikit berdasarkan kemampuan masing-masing.

Meski saham dapat dikategorikan sebagai investasi yang dapat naik di kemudian hari, namun tidak disarankan untuk memulainya dengan cara berhutang, lebih baik membeli sedikit-sedikit sesuai kemampuan keuangan.

Sedangkan untuk emas, tidak bisa dijadikan sebagai pilihan investasi, karena harga investasi emas yang cenderung stabil apabila dibandingkan kondisi keuangan yang ada.

“Harga emas cenderung stabil. Meski sedang naik, apabila dibandingkan ketika punya emas 1 kg pada 10 tahun yang lalu dapat dibelikan mobil mewah, kondisi ini sama saja dengan saat ini dengan 1 kilo bisa beli mobil mewah, nilainya itu tidak berubah,” jelasnya.

Namun dalam hal tersebut dapat menjadi pengecualian untuk melakukan investasi di bidang properti. Selain tidak dapat dibeli secara bertahap, nilai investasi properti cenderung naik karena merupakan salah satu kebutuhan pokok.

“Pernyataan kalau cenderung naik itu benar, kalau mau beli properti dengan berhutang karena tidak bisa dibeli per pintu atau perkataan, tapi dengan investasi dengan berhutang itu cukup bijak,” jelasnya.

Ia menyampaikan bahwa dalam mengajukan pinjaman atau hutang, harus bijak dengan menyesuaikan kemampuan untuk membayar. “Kalau hutang terhadap income sudah 30 persen, ini sudah bawaan belum tentu baik-baik saja,” pungkasnya. (MAULANA/KPFM)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X