PROKAL.CO,
I Dewa Gede Dony Lesmana mengambil telepon genggam miliknya dari atas meja kerja. Kemudian bergegas menghubungi seorang yang sama sekali tak dikenalnya.
“Siang bu, ini dari Dinas Kesehatan. Apakah benar ibu melakukan pemeriksaan swab beberapa hari lalu. Ibu sudah tau ya hasilnya positif. Ibu jaga kesehatan ya, nanti ada petugas dari Puskesmas yang akan memantau perkembangan kesehatan ibu,” kata Dewa dalam percakapan teleponnya, Senin (11/1).
Percakapan tersebut adalah gambaran aktivitas Dewa, sebagai seorang surveilans di ruang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Jalan Jenderal Sudirman, Balikpapan Kota (Balkot).
Setiap hari, ia memiliki daftar nomor pasien terkonfirmasi positif yang harus dihubungi. Ia dibantu oleh tiga rekannya. “Kalau untuk keseluruhan tim surveilans DKK itu ada 12 orang. Ada tugasnya masing-masing,” ujarnya. Intinya, jelas Dewa, tugas surveilans adalah meliputi pengumpulan, verifikasi, dan pengolahan data sampai pada keluar rekomendasi tindak lanjut terhadap data tersebut. Apakah akan dilakukan pemantauan atau rujukan ke rumah sakit.
“Jadi surveilans itu tulang punggung dari program pengendalian penyakit atau pemutus rantai penyebaran. Karena biasanya apa yang kita lakukan itu cenderung tidak terarah, dan dengan adanya surveilans ini membantu supaya kita lebih kerja efektif,” ungkapnya.
Namun dalam pelaksanaannya, banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh para surveilans. Karena tidak semua orang atau pasien langsung terima dan percaya dengan apa yang diinformasikan oleh tim surveilans.