Kisah Duka Surveilans Covid-19 di Balikpapan, Pernah Diancam Ditembak dan Dianggap Penipu

- Rabu, 13 Januari 2021 | 11:44 WIB
Para surveilans
Para surveilans

I Dewa Gede Dony Lesmana mengambil telepon genggam miliknya dari atas meja kerja. Kemudian bergegas menghubungi seorang yang sama sekali tak dikenalnya.

“Siang bu, ini dari Dinas Kesehatan. Apakah benar ibu melakukan pemeriksaan swab beberapa hari lalu. Ibu sudah tau ya hasilnya positif. Ibu jaga kesehatan ya, nanti ada petugas dari Puskesmas yang akan memantau perkembangan kesehatan ibu,” kata Dewa dalam percakapan teleponnya, Senin (11/1).

Percakapan tersebut adalah gambaran aktivitas Dewa, sebagai seorang surveilans di ruang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Jalan Jenderal Sudirman, Balikpapan Kota (Balkot).

Setiap hari, ia memiliki daftar nomor pasien terkonfirmasi positif yang harus dihubungi. Ia dibantu oleh tiga rekannya. “Kalau untuk keseluruhan tim surveilans DKK itu ada 12 orang. Ada tugasnya masing-masing,” ujarnya. Intinya, jelas Dewa, tugas surveilans adalah meliputi pengumpulan, verifikasi, dan pengolahan data sampai pada keluar rekomendasi tindak lanjut terhadap data tersebut. Apakah akan dilakukan pemantauan atau rujukan ke rumah sakit.

“Jadi surveilans itu tulang punggung dari program pengendalian penyakit atau pemutus rantai penyebaran. Karena biasanya apa yang kita lakukan itu cenderung tidak terarah, dan dengan adanya surveilans ini membantu supaya kita lebih kerja efektif,” ungkapnya.

Namun dalam pelaksanaannya, banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh para surveilans. Karena tidak semua orang atau pasien langsung terima dan percaya dengan apa yang diinformasikan oleh tim surveilans.

“Saya pernah diancam akan ditembak, kemudian ada juga yang dianggap penipu. Terkadang dapat nomor yang tidak bisa dihubungi, dan ada juga yang diangkat teleponnya tapi sengaja diam saja. Jadi kita itu berbicara sendiri sampai beberapa menit,” ceritanya.

Hal seperti itu dilalui setiap hari. Namun, karena pekerjaan mau tidak mau tetap harus dilakukan agar seluruh pasien yang terkonfirmasi positif paham kondisi dirinya.

“Sebisa mungkin ketika menemui hal seperti itu kita langsung berkoordinasi dengan teman-teman Puskesmas. Karena data itu tidak hanya nomor telepon, ada juga alamat rumah. Jadi, teman-teman Puskemas sebisa mungkin melakukan penelusuran atau tracking,” tuturnya.

Dalam beberapa pekan terakhir terakhir, kerja Dewa dan tenaga surveilans meningkat. Menyusul melonjaknya kasus Covid-19 di Balikpapan yang mencapai ratusan setiap harinya.

“Karena kasusnya meningkat, dalam sehari masing-masing surveilans bisa menelepon 25 orang. Itu dilakukan dari pukul 09.00 sampai 14.00 Wita. Setelah itu data diserahkan ke Satgas Penanganan Covid-19 untuk dirilis,” sebutnya.

Pekerjaan sebagai surveilans tak mengenal hari libur. Bahkan saat tanggal merah sekalipun mereka tetap bekerja. Namun pekerjaan dialihkan ke rumah.

“Kalau hari libur kami tetap harus menelepon untuk memastikan alamat dan data-data lainnya, untuk kemudian bisa ditindaklanjuti oleh petugas Puskesmas,” ucap Hefi Kurniasih, tenaga surveilans lainnya. (Fredy Janu/Kpfm)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X