“Saya pernah diancam akan ditembak, kemudian ada juga yang dianggap penipu. Terkadang dapat nomor yang tidak bisa dihubungi, dan ada juga yang diangkat teleponnya tapi sengaja diam saja. Jadi kita itu berbicara sendiri sampai beberapa menit,” ceritanya.
Hal seperti itu dilalui setiap hari. Namun, karena pekerjaan mau tidak mau tetap harus dilakukan agar seluruh pasien yang terkonfirmasi positif paham kondisi dirinya.
“Sebisa mungkin ketika menemui hal seperti itu kita langsung berkoordinasi dengan teman-teman Puskesmas. Karena data itu tidak hanya nomor telepon, ada juga alamat rumah. Jadi, teman-teman Puskemas sebisa mungkin melakukan penelusuran atau tracking,” tuturnya.
Dalam beberapa pekan terakhir terakhir, kerja Dewa dan tenaga surveilans meningkat. Menyusul melonjaknya kasus Covid-19 di Balikpapan yang mencapai ratusan setiap harinya.
“Karena kasusnya meningkat, dalam sehari masing-masing surveilans bisa menelepon 25 orang. Itu dilakukan dari pukul 09.00 sampai 14.00 Wita. Setelah itu data diserahkan ke Satgas Penanganan Covid-19 untuk dirilis,” sebutnya.
Pekerjaan sebagai surveilans tak mengenal hari libur. Bahkan saat tanggal merah sekalipun mereka tetap bekerja. Namun pekerjaan dialihkan ke rumah.