PROKAL.CO,
Kisah pilu dialami Mawar (14), bukan nama sebenarnya. Gadis yang masih duduk di bangku kelas satu SMP itu menjadi korban pencabulan serta penjualan anak di bawah umur. Berawal pada Agustus 2020 lalu. Setalah Mawar memutuskan untuk meninggalkan rumahnya usai terlibat cekcok dengan sang ibu. Saat itu ia dijemput oleh seorang teman pria satu sekolahnya.
Karena tak kunjung pulang, sang ayah HS (47) yang khawatir akan keadaan anaknya berusaha untuk mencari tahu keberadaannya. Hingga akhirnya HS mendapat kabar jika anaknya berada di rumah salah satu keluarganya yang berada di wilayah Gunung Malang, Balikpapan Tengah (Balteng). “Waktu itu saya membiarkannya untuk tetap berada di rumah keluarga di Gunung Malang, sambil menenangkan dirinya. Dan saya juga berusaha menenangkan istri di rumah,” cerita HS di depan kantor Unit PPA Polresta Balikpapan, Senin (22/2) siang.
Namun, tidak berapa lama Mawar pergi dari rumah keluarganya tersebut. Kali ini tujuannya sama sekali tidak diketahui. HS mendapat kabar kepergian putrinya itu setelah kembali dari lokasi kerja. Ia pun memutuskan untuk mencarinya dengan menghubungi beberapa temannya. Sekitar bulan Oktober 2020 HS mendapatkan informasi jika ada foto anaknya di salah satu kontak dalam aplikasi MiChat. Untuk diketahui, aplikasi ini sering dipakai oleh pelaku prostitusi online.
HS yang sedikit paham terkait penggunaan aplikasi tersebut langsung bergegas melakukan penelusuran. Benar saja, ia menemukan beberapa akun MeChat aktif dengan memasang foto putrinya. “Dari situ timbul kecurigaan saya. Ada apa ini. Saya sempat komunikasi dengan salah satu akun di MeChat itu. Saya pancing untuk ketemu, tapi tiba-tiba akun yang pasang foto anak saya itu hilang semua,” kata HS.
Saat itu HS terus berusaha mencari tahu keberadaan putrinya. Sampai pada pertengahan bulan Januari 2021, ia menerima telepon dari pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Balikpapan. Lewat sambungan seluler tersebut, HS diundang untuk datang ke Kantor UPTD PPA Balikpapan yang berada di Jalan Milono, Gunung Sari Ilir, Balikpapan Tengah (Balteng).
“Saat itu saya datang bersama keluarga. Setelah sampai, saya baru sadar apa sebenarnya yang terjadi. Bahwa ada kasus anak saya dijual oleh dua orang pelaku,” ujarnya.
Sepulang dari PPA, HS meminta anaknya untuk menceritakan apa yang selama ini terjadi. Selama kurang lebih lima bulan, anaknya dijual melalui aplikasi MiChat.
Kemudian dibawa ke hotel untuk melayani nafsu bejat pria hidung belang. Dengan bayaran kisaran Rp 500 ribu sampai dua juta lebih.