Semrawutnya sejumlah pasar tradisional akibat aktivitas bongkar muat oleh truk pengangkut bahan pokok yang tidak terkendali membuat wacana pembangunan Pasar Induk Balikpapan kembali bergulir. Apalagi dengan ditetapkannya Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur membuat Pasar Induk ini harus segera dibangun untuk mengantisipasi pasar-pasar tradisional di Balikpapan semakin semrawut. Mantan anggota DPRD Balikpapan dua periode Usman Daming mengatakan, Pemerintah Kota Balikpapan pernah merencanakan pembangunan Pasar Induk Balikpapan di Km 5 Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara.
“Pada waktu saya masih anggota dewan periode 2014-2019 pernah ada rencana mau bangun di Pandansari untuk bongkar muat untuk mengantisipasi supaya tidak membongkar barang di badan jalan. Nah kebetulan Pemkot ada tanah fasum, di area Pasar Pandasari di RT 28 lumayan besarnya,” kata Usman Daming, kepada Balikpapaan Pos. Selaku anggota DPRD waktu itu, dirinya menyesali mengapa sampai tidak dibangun tempat bongkar muat barang di lahan tersebut.
“Nah saya juga heran sampai sekarang tidak terealisasi, sangat-sangat disayangkan, sebab salah satu untuk menghindari kesemrawutan di Pasar Pandansari salah satunya tempat bongkar muat. Karena selama mobil-mobil sembako dari Sulawesi, Surabaya bongkarnya di badan jalan sehingga terjadi kemacetan,” ujar Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Margasari, Balikpapan Barat ini.
Diakui Sekretaris DPC PPP Balikpapan ini, Pasar induk sebenarnya perlu karena itu sentralnya perdagangan, tetapi kalau di Pasar Pandansari harusnya ada penataan terlebih dahulu kalau dibangun mengeluarkan anggaran lagi yang besar sementara kesemrawutan ini tidak bisa diatasi PKL nya, parkirannya jadi semrawut sehingga terkesan kumuh.
“Di tata dulu bagaimana PKL ini kemudian perparkiran aman kembali tidak ada lagi yang diatas trotoar, tidak ada lagi di badan jalan, kalau itu yang sudah tertib saya rasa Pasar Induk itu sangat-sangat dibutuhkan karena itu sentral,” ujar Usman.
Jadi kata Usman, memang Pasar Induk itu perlu dibangun sehingga fokus orang-orang mengambil barang untuk Pasar Pandasari termasuk angkutan bongkar muat mobil-mobil sayuran yang datang dari Sulawesi dan Surabaya bongkarnya di Pasar Induk bukan di badan jalan sehingga membuat kemacetan.
“Maunya sich kalau memang ada bongkar muat khusus. Contoh sembako kayak beras, telur dan sayuran maunya tidak ada sampah apalagi kalau bongkarnya di badan jalan. Seperti sayur kol, kentang, wortel itukan harus dibersihin dulu di Pasar Induk baru di bawah ke pasar-pasar tradisional,” pintanya.
Saat ini, menurut Usman, banyak truk bongkar muat yang membersihkan bahan pokok seperti sayuran sampahnya berserakan di badan jalan.
“Nah kalau kita punya tempat bongkar muat khusus seperti Pasar Induk, jadi sudah dibersihin dulu di situ baru diangkut oleh mobil-mobil pick up yang kecil ke Pasar Baru, Pasar Klandasan, Pasar Pandansari, Pasar Sepinggan dan pasar tradisional lainnya,” terangnya. “Intinya bongkar muat itu sangat perlu. Memang ada wacana di Km 5 oleh pemerintah kota. Nah untuk Pasar Pandansari sudah ada lahannya tinggal dari pemerintah kota untuk merealisasikan pembangunan lahan untuk bongkar muat tersebut,” pungkasnya. (bp-8/vie)