Jelang Ramadan, Operasi Pasar di Paser Belum Ada Kepastian

- Kamis, 8 April 2021 | 10:24 WIB

Jelang bulan suci Ramadan 1442 H, Operasi Pasar belum ada kepastian. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM)  Kabupaten Paser, Chandra Irwanadi saat ditemui di ruang kerjanya,Selasa (6/4). Pihaknya belum memastikan kegiatan Operasi Pasar, apalagi saat ini masih kondisi pandemic Covid-19.

"Kami akan lakukan Operasi Pasar dengan menjual bahan pokok murah jika dalam keadaan gawat darutan. Misalnya harga sudah mulai tidak stabil di pasaran," ujar Chandra.

Disebutkan, Operasi Pasar pernah dilakukan tahun lalu secara parsial. Yakni melakukan penjualan gas elpiji 3 kilogram di beberapa wilayah Kabupaten Paser, dikarenakan tingginya harga di pasaran. 

"Kami menjual gas elpiji sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Untuk harga yang berbeda hanya di Tanjung Aru yang dijual Rp 26 ribu, sedangkan yang lainnya Rp 22 ribu. Perbedaan harga tersebut karena biaya transportasi ke Tanjung Aru lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya," akunya.

Dari pantauan di lapangan, jauh sebelum mendekati bulan Ramadan harga bahan pokok di pasaran sudah mengalami kenaikan. “Kita bisa melihat bahan-bahan pokok tersebut turunnya lambat, namun ketika naik sangat tajam. Hal ini dipengaruhi bahan pokok masih mengandalkan dari luar daerah, yakni dari Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah,” jelasnya.

"Harga cabai dari tingkat produsen  sudah mencapai Rp90 ribu, sedangkan harga di pasaran terbilang stabil antara Rp100 ribu sampai Rp130 ribu. Kemudian harga gula pasir masih sangat stabil di angka Rp12.500, baik toko modern atau pasar tradisional," jelasnya

Untuk kenaikan harga saat ini adalah ikan segar. Karena beberapa minggu terakhir adanya faktor perubahan iklim yang ekstrem, seperti badai dan angin di laut. Tidak hanya itu saja, pemberitaan di media terkadang menjadikan acuan para pedagang. Peningkatan harga dapat dipengaruhi informasi dari berbagai provinsi. Dia mencontohkan distribusi bahan pokok di provinsi lain terhambat, hal itu langsung bisa membuat harga naik.

"Ini sudah menjadi kebiasaan dan acuan pedagang, tingginya harga penjualan di pasar dipengaruhi pemberitaan di media dan keterlambatan pengiriman (dari daerah asal), meskipun secara perhitungan tidak ada alasan untuk menaikkan harga," pungkasnya. (bp-9/cal)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X