Pemerintah Kota Balikpapan telah memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk sejumlah SD dan SMP 24-31 Mei 2021. Namun, masih banyak orang tua murid yang memilih anak-anaknya tetap belajar daring (dalam jaringan). Adanya pembelajaran tatap muka tersebut mendapat apresiasi dari Ketua Komisi IV DPRD Kota Balikpapan, Muhammad Taqwa. Ia mengungkapkan, meskipun sedang menghadapi masa pandemi Covid-19 namun aktivitas pendidikan tetap harus berjalan.
“Walaupun pandemi proses pembelajaran tetap berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes). Sebab prokes ini harga mati dan mutlak harus dilaksanakan tanpa toleransi,” ujar politisi Gerindra ini. Rencananya, kata Taqwa, pihaknya akan melakukan pemantauan jalannya proses belajar tatap muka serta daring yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).
"Hal ini untuk mengamati langsung situasi yang terjadi di sekolah-sekolah dan bagaimana pelaksanaan prokesnya. Kita akan mengagendakan pemantauan secara acak di beberapa titik," tutur Taqwa kepada awak media, Kamis (27/5). Ia meminta setiap sekolah yang menerapkan PTM agar tetap mematuhi prokes sehingga tidak terjadi klaster baru Covid-19. “Karena, budaya prokes belum dipahami dengan benar oleh anak-anak di sekolah. Seperti menjaga jarak, cuci tangan hingga penggunaan masker,” terangnya.
Untuk itu, kata Taqwa, dibutuhkan peran penyelenggara sekolah memastikan penularan Covid-19 kepada anak-anak di sekolah tidak terjadi. "Jika ada indikasi atau kemungkinan potensi membuat klaster baru terpaksa kita hentikan kembali, kita tinjau ulang," pungkasnya. Sekadar diketahui, mulai 24 sampai 31 Mei 2021 Pemkot Balikpapan mulai menggelar pembelajaran sekolah tatap muka untuk SD dan SMP.
Untuk SD khusus siswa kelas 6 SD ujian sekolah dan SMP khusus siswa kelas 7 dan 8 penilaian akhir tahun. Namun banyak juga yang masih tetap mengikuti daring, sesuai pilihan orangtua. Kepala Disdikbud Kota Balikpapan Muhaimin mengatakan, dominasi untuk siswa yang mengikuti pembelajaran sekolah tatap muka ada di wilayah Balikpapan Timur dan Utara.
“Dominasi siswa ikut sekolah tatap muka di wilayah Balikpapan Timur dan Balikpapan Utara,” ujar Muhaimin dalam konfrensi pers, pada Senin (24/05). Muhaimin mengungkapkan, kemungkinan masalah jaringan internet yang menyebabkan orangtua mengijinkan anaknya mengikuti sekolah tatap muka ketimbang melalui daring. “Mungkin masalah keterjangkauan, masalah jaringan. Dari pada lelet mereka lebih memilih tatap muka,” tandasnya.
Kata dia, sebelumnya telah memberikan kusioner kepada orangtua siswa untuk memilih sekolah daring atau sekolah tatap muka. “Itu semua hasil kusioner yang diberikan oleh orangtua. Pilihan berdasarkan keinginan orangtua,” ucapnya.
Untuk SMP kelas 7 dan 8 yang mengikuti sebanyak 28.184 siswa atau dari 75 SMP swasta dan negeri terdiri 23 SMP negeri dan 42 SMP swasta. “Ada 36 SMP melaksanakan penilaian akhir tahun full daring dengan jumlah 17.301 siswa atau 86 persen. Sedangkan untuk siswa yang mengikuti pembelajaran sekolah tatap muka itu terdiri dari 2.883 siswa yaitu sebesar 14 persen,” ujarnya.
Sementara untuk SD justru berbeda, ada sekolah yang menggelar belajar daring, ada yang tatap muka. Seluruhnya ada sebanyak 11.435 siswa terdiri dari 184 SD negeri dan swasta. “Perinciannya yang mengikuti daring murni ada 57 sekolah atau 30,98 persen sedangkan yang mengikuti tatap muka 34.78 atau 64 sekolah. Sedangkan sisanya 63 sekolah secara campuran atau 34,24 persen. Yang campuran ini berarti dia, ada yang di kelas dia datang, ada juga yang gurunya melayani secara daring,” pungkasnya. (bp-7/vie)
