Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat memukul hampir semua sektor. Bisnis hotel dan restoran misalnya. Konsumen untuk kedua bisnis tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan Sahmal Ruhip membenarkan hal tersebut saat dimintai komentarnya melalui sambungan seluler (17/7). Dikatakan, kebijakan PPKM Darurat ini tentu sangat berdampak pada pendapatan hotel dan restoran. Sebab pergerakan masyarakat dibatasi.
“Dampaknya otomatis semua pihak merasakan. Gerakan masyarakat berkurang, otomatis berpengaruh sekali kepada income anggota kami hotel dan restoran,” kata Sahmal Ruhip. Khusus hotel, lanjutnya, sedikit terbantu dengan adanya pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman). Paling tidak ada pemasukan di tengah kondisi yang sulit ini.
“Yang menerima isoman masih sedikit bernapas. Saya dengar banyak hotel yang menerima isoman. Banyak juga yang digunakan oleh perusahaan di Balikpapan untuk isolasi karyawan,” ungkapnya. Beda halnya dengan restoran yang terjun bebas. Tak sedikit yang memilih untuk menutup sementara usahanya, akibat merosotnya pendapatan.
“Dampak terhadap restoran luar biasa, banyak yang tutup sementara. Kalaupun dipaksakan tetap buka dengan take eway omzetnya jauh, lima sampai sepuluh persen dari omset semula,” ucapnya. Terlepas dari dampak tersebut, Sahmal Ruhip tetap mendukung penuh setiap kebijakan pemerintah dan akan mengikuti semua ketentuan yang ditetapkan.
“PHRI Balikpapan mengikuti program pusat ini. Bagaimana pun harus kita dukung, karena tujuannya tentu untuk menekan laju penularan Covid-19. Terlepas dari dampak-dampaknya terhadap hotel dan restoran,” tandasnya. (Fredy Janu/Kpfm)