14 Rumah dan Musala Rusak Terdampak Proyek MAN, Warga Blokir Jalan

- Senin, 17 Januari 2022 | 09:35 WIB
RUSAK PARAH: Inilah kondisi rumah warga dan musala yang terdampak proses pembangunan sekolah MAN. Tembok pecah, lantai amblas, apabila dibiarkan bisa ambruk
RUSAK PARAH: Inilah kondisi rumah warga dan musala yang terdampak proses pembangunan sekolah MAN. Tembok pecah, lantai amblas, apabila dibiarkan bisa ambruk

Proses pembangunan sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN)  yang berlokasi di Km 8,5 Jl Soekarno Hatta Jl Padat Karya RT 61  Kelurahan Graha Indah Balikpapan Utara, menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap masyarakat sekitarnya. Bagaimana tidak, 14 rumah warga dan satu musala kena dampak pembangunan sekolah MAN sehingga rusak. Dari 14 rumah warga yang terkena dampak, 9 rumah kondisi rusak berat. Yakni rumah Miswadi,  Saptonso,  Krisbinatono,  Prastyo Budi, Marsono, Lusi  Silvia, Mulyono, Rusdi dan Lamaji Mardi.  Yang memprihatinkan lagi, warga membeli rumah secara mengangsur selama 15 tahun. “Baru saja menempati, rumah sudah rusak,” ujar Mulyono yang memilih meninggalkan rumah.

Bahkan dinding musala terancam ambruk sehingga warga memutuskan tidak ada aktivitas ibadah di musala. Untuk kegiatan ibadah, warga pindah ke masjid terdekat. Dari pantauan Balikpapan Pos bersama salah satu warga RT 61 Subroto, 14 rumah warga yang kena dampak, dindingnya retak dan lantai amblas. Sedangkan musala lebih parah lagi, dinding pecah menganga, lantai amblas cukup dalam.

"Lihat sendiri, seperti ini kondisi rumah warga dan musala kami. Ada 14 rumah warga rusak dan musala rusak parah," ujar Subroto, Jumat (14/1) kemarin.  Dia mengatakan, awalnya 2019 lalu dimulai proyek sekolah MAN. Pihak kontraktor mulai memotong tanah yang berbukit, namun tidak dibuat siring atau turap penahan tanah.

Karena itulah, warga yakin bahwa terjadi pergeseran tanah akibat pemotongan tanah tanpa dibuat turap di lokasi pembangunan MAN. “Dulu sebelum ada proyek MAN, aman saja tidak terjadi seperti ini,” ujar Broto sambil menunjukkan bangunan musala yang rusak parah dan tidak digunakan lagi.

Broto menambahkan,  selain pergeseran tanah, keretakan rumah warga akibat lalu lalang truk bermuatan material bangunan. “Retak pertama muncul di tahun 2019,  sampai saat ini tidak ada tangggung jawab dari kontraktror maupun Kemenag Provinsi yang mempunyai proyek MAN,” ujar Broto.

Lamaji Mardi, koordinator warga menjelaskan kejadian dampak proyek sekolah MAN. Pada tahun 2018, di lingkungan RT 61 Kelurahan Graha Indah Kecamatan Balikpapan Utara, ada land clearing yang rencananya untuk pengembangan sekolah ( MAN) Kota Balikpapan.

Dalam pelaksanaan proyek, belum ada dampak yang signifikan terhadap rumah di lingkungan sekotar lokasi MAN. Dari hasil pengamatan warga sekitar lokasi proyek, setelah selesai land clearing, semua pohon-phon sudah habis ditebang hingga area gundul. “Mulai ada longsor kecil di sekitar proyek, dan tidak sampai permukiman. Dengan berjalannya waktu terlihat proyek tertunda atau stop sementara di akhir tahun 2018,” ujar Lamaji.

Di tahun 2020,  proyek dimulai kembali dengan pekerjaan konstruksi, ada bore pile ada penggalian yang menggunakan alat berat. “Sebagaimana proyek biasanya alat berat dan mobil berat selalu lalu lalang di sekitar lingkungan kami. Dari aktifitas itu, ada salah satu warga yang berbama Tali Bronto mengingatkan pada pimpinan proyek agar hati-hati alat berat bekerja dan beraktivitas siang dan malam hari. Sebaiknya disosialisasikan ke warga sekitar. Tetapi tidak ditanggapi secara profesional oleh kontraktor,” imbuhnya.

Sejak padatnya aktivitas proyek tersebut sekitar bulan Mei - Desember 2020, rumah di sekitar proyek mulai retak, tanah sepanjang 200 meter bergerak yang mengakibatkan pondasi rumah amblas san semakin melebar.  Kerusakan pun bertambah  parah, apalagi dibarengi dengan curah hujan yang tinggi di sekitar proyek yang tidak ada pohon-pohon penahan karena sudah ditebang.

Dalam kasus ini, warga sudah melapor DPRD Kota Balikpapan dan Pemkot, namun tidak menghasilkan apa-apa karena MAN adalah proyeknya provinsi. Karena itulah, warga menuntut tanggung jawab kontraktor, Kemenag Provinsi dan Pemprov Kaltim untuk bertanggung jawab atas kerusakan 14 rumah dan satu musala. Agar segera mendapatkan tanggapan, warga memblokir jalan masuk MAN supaya truk tidak bisa lewat. “Kami terpaksa menutup jalan supaya ada kejelasan tanggung jawab kontraktor dan Pemprov,” ujar warga.

Warga lainnya, Lusi Silvia mengatakan, dari pihak sekolah MAN menawarkan ganti rugi Rp 9 juta setiap rumah  yang rusak. Namun warga menolak. “Yang kami minta, rumah kami diperbaiki,” ujar Lusi Silvia sambil menunjukkan tembok pecah dan lantai rumahnya yang amblas. (oki/ono)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X