Penyebab Banjir di Kecamatan Tanah Grogot Karena Kurangnya RTH

- Selasa, 10 Mei 2022 | 13:09 WIB
BANJIR: Penyebab terjadinya banjir beberapa waktu di kawasan Rawasari, karena kurangnya ruang terbuka hijau.(Foto/tomi/Paser Pos)
BANJIR: Penyebab terjadinya banjir beberapa waktu di kawasan Rawasari, karena kurangnya ruang terbuka hijau.(Foto/tomi/Paser Pos)

Banjir yang beberapa waktu lalu yang sempat melanda pusat pemerintahan Kabupaten Paser, tepatnya di Kecamatan Tanah Grogot menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Paser disebabkan kurangnya tersedia ruang terbuka hijau (RTH).

Diketahui, wilayah yang terdampak banjir hingga mencapai ketinggian pinggang orang dewasa ini, sebagian besar merupakan pemukiman warga serta merupakan daerah dataran rendah yang ada di Kecamatan Tanah Grogot.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Paser Achmad Safari mengatakan, salah satu penyebab banjir di wilayah pusat pemerintahan yakni kurang tersedianya (RTH). "RTH di Kecamatan Tanah Grogot sangat kurang sekali hal tersebut salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir," kata Safari Senin (9/5).

Safari melanjutkan, saat ini tidak ada wilayah atau lahan yang ditanami pohon-pohon kayu atau pohon buah, sebagi sumber penyerap air hujan dalam jumlah yang sangat besar. "Area perkotaan kita memerlukan area untuk ditanami pepohonan. Di samping itu, tidak berfungsinya drainase dengan baik sehingga tidak mampu menahan debit air yang sangat tinggi," ucapnya.

Banjir yang terjadi di Tanah Grogot beberapa waktu lalu, kata Safari, hanya dua wilayah yang terdampak cukup besar, sedangkan wilayah lain dalam kondisi baik-baik saja. Dua wilayah tersebut meliputi Jalan Sultan Ibrahim Chaliluddin atau kawasan Rawasari dan kawasan Balai Benih Jalan Piere Tendean hingga Desa Jone dan Desa Senaken. Pada saat itu kondisi anak sungai Seratai dan aliran sungai Semumun tidak bisa menampung curah hujan dalam waktu yang bersamaan.

"Berarti ada sumbatan-sumbatan di daerah drainase di kedua wilayah tersebut," ujarnya. Adanya persolan lingkungan di wilayah Paser, ucap Safari, membuat sejumlah pihak baik kepala desa maupun pemerhati lingkungan seperti Walhi Kaltim bertemu dengannya. Rencananya, bakal ada pertemuan lanjutan dengan berbagi pihak pada 19 Mei mendatang guna mengantisipasi agar kejadian tak berulang. "Mereka mengajak kita untuk secara bersama peduli terhadap pelestarian lingkungan," tambahnya.(tom/han)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB
X