Sudah dua tahun Haripah, Warga Desa Riwang Kecamatan Batu Engau menggeluti kerajinan anyaman. Seperti tas anjat selempang dan pikul, tas map, tas dompet, piring, keranjang, topi pantai, songko dan kupiah, tudung saji, lanjung, gelang, cicin, tali blawit atau tali mandau.
Hasil kerajinan tersebut tidak hanya dijual di wilayah Kabupaten Paser saja. Ia mengaku hasil anyaman yang ia buat bersama beberapa ibu rumah tangga (IRT) di Desa Riwang terkadang dipesan dari orang di luar daerah.
"Sudah dua tahun kami menjalani usaha kerajinan tangan ini, sering aja kami dapat pesanan dari luar daerah, seperti Balikpapan, Samarinda serta daerah lain," ucap Haripah, kepada media ini, Jumat (24/3).
Pernah satu waktu, lanjut Haripah. Ia menerima banyak pesanan hanya dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu ia sempat meminta bantuan dari beberapa IRT.
"Kalau pesanan sudah banyak, kami meminta bantuan dari beberapa ibu-ibu disini. Apa lagi pesanan diminta cepat," imbuhnya.
Dalam pembuatan ia mengaku tidak khawatir dengan ketersediaan bahan baku. Sebab bahan baku sendiri merupakan hasil hutan yakni rotan yang banyak tersedia di sekitar Desa Riwang.
"Kalau bahan baku, kami tidak khawatir, karena masih banyak disini. Sebab bahan baku dari produk kami ini asalnya dari hutan. Asalkan kami masih merawat hutan, bahan baku masih tetap ada," akunya.
Meskipun demikian, ia menyebutkan masih terkendala dengan peralatan pembelah rotan. Sebab dalam proses pembelahan tersebut sampai saat ini pihaknya masih melakukan secara manual, sehingga memerlukan waktu yang relatif lama.
"Kami masih terkendala di peralatan pembelah rotan. Kemudian kami harus meraut rotan yang sudah dibelah waktu pengerjaan ini yang cukup lama," ujarnya.
Untuk waktu pembuatan sendiri, ia mengaku menyesuaikan dengan jenis pesanan, ukuran dan motif yang akan dibuat.
"Waktunya gak mesti, kadang bisa satu hari kadang juga bisa tiga hari. Tergantung pesanannya, ukurannya seberapa, jenisnya apa," ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengaku. Saat ini pihaknya membutuhkan generasi penerus. Terlebih lagi saat ini minat untuk membuat anyaman tersebut masih rendah.
"Ini berkaitan dengan seni, selain melakukan anyaman. Orang yang mengerjakan juga harus memiliki kreasi seni, supaya hasil dari produk juga bisa terlihat menarik," terangnya.
Guna kelanjutan kerajinan anyaman di Kabupaten Paser, ia berharap Pemerintah Kabupaten Paser bisa memberikan ruang bagi generasi penerus untuk mempelajari tradisi anyaman tersebut.
"Kami mengharap ada semacam pelatihan untuk membuat anyaman ini. Karena saat ini minat masih rendah, jadi SDM untuk pembuatan anyaman ini juga sangat terbatas," ungkapnya.
Selanjutnya, ia meminta agar Pemerintah juga memberikan ruang untuk melaksanakan sosialisasi dan pemasaran hasil produk anyaman tersebut.
"Supaya hasil dari kerajinan anyaman ini bisa dikenal di luar daerah. Kami tentu butuh sosialisasi dan ruang pemasaran yang diberikan Pemkab Paser. Supaya kedepan para pengrajin juga semakin termotivasi untuk melaksanakan kerajinan anyaman ini," harapnya.
Sampai saat ini, ia mengaku penjualan atau pemasaran produknya dilakukan di rumah ataupun melalui media sosial (medsos).
"Terkadang ada orang yang datang ke rumah sini mau, ada juga yang beli lewat media sosial,"pungkasnya.(tom/vie)