Sejumlah warga mengeluhkan kendaraan pengangkut batubara yang melintas di kawasan perkebunan sawit  

Desa Bukit Seloka, Kecamatan Long Ikis. Seperti yang diungkapkan Abdul Karim kepada Paser Pos, Rabu (30/8).

Menurutnya, akibat sering dilintasi truk pengangkut batubara membuat tanaman sawitnya tertutup debu tebal sehingga ada yang mati.

Bahkan, dirinya bersama rekan-rekan petani tidak bisa bekerja lantaran debu tebal tersebut.

“Sebelum ada kegiatan truk batu bara melintas di jalan petani setiap panen bisa mencapai 1 hingga 2 ton, tapi saat ini sudah menurun jauh,"katanya.

Jadi, kata Dia, setelah dilewati kendaraan pengangkut batu bara hasil panen menurun 50 persen, banyak pohon sawit yang mati terkena polusi. Kondisi petani, seperti pepatah, hidup segan mati tak mau.

“Petani tidak mau bekerja karena bergerak sedikit banyak debu,” ujar Abdul.

Menurutnya, aktivitas pengangkut batu bara ini sudah berlangsung sejak Januari 2023. Sejak itulah para petani khawatir dampak lingkungan dari kendaraan batu bara yang melintasi jalan petani yang berdampak pada hasil panen sawit.

Sekitar 63 petani sawit sudah mengadukan hal ini kepada pihak terkait dan sudah dibahas di tingkat desa, kecamatan hingga Kepolisian. Namun sayangnya menurut dia beberapa kesepakatan belum memenuhi harapan atau keinginan petani seperti penyiraman di lokasi milik petani.

“Terutama yang belum maksimal adalah penyiramannya, karena yang disiram jalannya saja, sementara sawit yang terdampak belum disiram,”akunya.

Ia berharap ada ganti rugi akibat dampak angkutan batu bara yang menggunakan lahan milik petani sebab hasil panen terus mengalami penurunan.

“Harapan kita hasil petani yang selama ini pernah kita dapatkan setiap bulan Rp500 ribu dapat dibayar setiap kurang lebih Rp5 juta,” pungkasnya.(ar/vie)