TANJUNG SELOR – Rencana Pemprov Kaltara membeli pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI), ditunda. Karena hingga saat ini pesawat produksi anak negeri itu belum mendapatkan sertifikasi.
Padahal, Gubernur Kaltara Irianto Lambrie menyatakan bahwa Pemprov sudah menyiapkan dana Rp 75 miliar untuk pembelian pesawat Nurtanio. Namun, karena belum ada kepastian, anggaran tersebut dikembalikan ke kas daerah.
“Saat ini saya menugaskan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) untuk kembali berkoordinasi dengan pihak PTDI,” ujar Irianto, Rabu (22/1).
Dikatakan, jika pesawat tersebut belum mendapatkan sertifikasi, maka belum diperbolehkan untuk beroperasi. Pasalnya, berkaitan dengan kelaikan maupun keamanan.
Untuk diketahui, pesawat Nurtanio sudah dilakukan uji terbang untuk mencapai 350 flight hours dan dilakukan fatigue test yang membutuhkan 3.000 cycle fatigue test untuk mendapatkan Type Certificate. Setelah mendapatkan Type Certificate, dimulai tahapan serial production untuk mendapatkan Production Certificate. Ditargetkan pada 2019 ini pesawat pertama N219 Nurtanio sudah siap dan laik untuk memasuki pasar.
Type certificate adalah sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat. Sertifikat ini dikeluarkan oleh badan pengatur, dalam hal ini Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan.
Namun, karena saat ini belum ada kepastian dari PTDI soal sertifikasi tersebut, dikatakan Irianto, direncanakan pembelian pesawat dengan jenis yang sama, namun buatan Amerika atau Canada.
“Pembelian langsung di pabrik. Itu bisa dilakukan,” ujarnya.
Menurutnya, harga pesawat dengan jenis sama di luar negeri tidak berbeda jauh berbeda dengan produksi dalam negeri. Hanya saja, jika dibeli di luar negeri, maka harus memikirkan pula biaya pengirimannya.
“Tapi untuk kepentingan publik dan kepentingan pemerintah, pembelian pesawat bisa dinegosiasikan dan meminta keringanan (biaya pajak) dari Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai. Pikiran saya seperti itu. Kalau beli di pabrik kan jauh lebih murah,” ujarnya. (*/fai/fen)